Luncurkan Strategi Baru Industrialisasi Nasional
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita--
Kemenperin juga akan meningkatkan investasi pada sektor industri bernilai tambah tinggi yang berorientasi substitusi impor. Setiap investasi harus menghasilkan efek berganda berupa penciptaan lapangan kerja berkualitas, peningkatan produktivitas, serta penguatan struktur industri nasional. Pemerintah akan memberikan prioritas pada investasi di sektor mineral strategis, kimia dasar, farmasi, komponen elektronik, dan pangan.
Di sisi lain, peningkatan daya saing industri akan ditopang oleh penguasaan teknologi dan inovasi. Kemenperin memperluas program restrukturisasi mesin dan memberikan insentif riset bagi industri yang melakukan modernisasi. Transfer teknologi dari investor global kepada pelaku industri nasional akan dipastikan agar investasi yang masuk tidak hanya membawa modal, tetapi juga pengetahuan, jejaring, dan kemitraan jangka panjang.
BACA JUGA:Inkubasi Wakaf Produktif Bergulir di 30 Kota, Ada Bantuan Modal Rp75 Juta
BACA JUGA:Tegaskan Kesiapan Indonesia Menjadi Pusat Inovasi dan Pertumbuhan Tekstil Dunia
Selain investasi, penguatan sumber daya manusia menjadi kunci sukses industrialisasi. Kemenperin terus memperluas pendidikan vokasi, politeknik industri, serta skema link and match dengan dunia usaha agar lulusan siap memasuki dunia kerja industri modern. Peningkatan kompetensi tenaga kerja juga diarahkan untuk menghadapi era digitalisasi manufaktur dan perkembangan teknologi industri 4.0. “Sumber daya manusia industri harus menjadi penggerak transformasi, bukan sekadar penonton perubahan,” ujar Menperin Agus.
Dalam arahannya, Menperin juga menyoroti pentingnya reformasi regulasi industri yang adaptif dan pro-pertumbuhan. Regulasi yang tumpang tindih atau belum sinkron antarinstansi masih menjadi hambatan utama bagi investasi dan produktivitas. Karena itu, Kemenperin memacu percepatan lahirnya smart regulation yang sederhana, terukur, dan berbasis data. Regulasi tersebut diharapkan mampu mempercepat proses investasi sekaligus menutup celah impor produk yang merugikan industri nasional.
Menperin menekankan pula pentingnya sinergi lintas kementerian dan lembaga, seperti dengan Kementerian ESDM untuk pasokan energi, Kementerian ATR/BPN untuk lahan industri, Kementerian Keuangan untuk insentif fiskal, Kemendag untuk kebijakan perdagangan, dan BRIN untuk penguatan riset. “Kemenperin tidak boleh pasif. Kita harus aktif memperjuangkan kepentingan industri nasional dalam forum lintas kementerian,” tegasnya.
Lebih lanjut, Menperin menekankan penguatan industri halal juga menjadi prioritas strategis. Kemenperin memastikan koordinasi dengan BPJPH dan kementerian terkait agar proses sertifikasi halal menjadi akselerator pertumbuhan, bukan hambatan.
BACA JUGA:Tegaskan Kesiapan Indonesia Menjadi Pusat Inovasi dan Pertumbuhan Tekstil Dunia
BACA JUGA:Optimalkan Pemanfaatan AI, Pacu SDM Industri
Ekosistem halal akan dikembangkan secara menyeluruh dari bahan baku, proses produksi, hingga distribusi produk, sehingga Indonesia dapat menjadi produsen utama industri halal dunia. Selain itu, revisi kebijakan TKDN juga diharapkan memperkuat struktur industri nasional melalui mekanisme sertifikasi yang lebih sederhana, transparan, dan akuntabel.
Untuk mencapai Asta Cita Presiden Prabowo, industrialisasi harus terhubung kuat antara sektor hulu dan hilir. Pembangunan keterkaitan (backward-forward linkages) menjadi kunci untuk menciptakan rantai nilai yang saling menguatkan antarindustri. Sektor seperti kelapa sawit dan nikel menjadi contoh bagaimana penguatan ekosistem dari bahan baku hingga produk hilir mampu menciptakan efek berganda bagi perekonomian nasional.
“Untuk itu, diperlukan faktor pendukung yang konkret seperti ketersediaan bahan baku, infrastruktur logistik, energi berkelanjutan, SDM kompeten, riset dan inovasi, serta regulasi yang cerdas. Semua faktor pendukung ini harus hadir nyata di lapangan, bukan hanya tertulis di rencana kerja,” kata Menperin.
Dalam paparannya, Menperin juga membagikan hasil pembelajaran dari kunjungan ke berbagai negara, seperti Jepang, Tiongkok, dan Turki. Jepang berhasil membangun industri berbasis algae yang mendukung ekonomi hijau, sementara Tiongkok mengembangkan teknologi coal to chemical untuk memperkuat kemandirian energi. Adapun Turki sukses melindungi pasar domestik sambil menumbuhkan kebanggaan terhadap produk dalam negeri. Dari berbagai kunjungan tersebut, Menperin menilai, Indonesia perlu membangun kawasan industri tematik yang mengintegrasikan bioindustri, energi bersih, dan petrokimia untuk menciptakan pusat inovasi berdaya saing global.
Menperin menegaskan, SBIN menjadi fondasi penting dalam perjalanan mewujudkan Asta Cita dan Indonesia Emas 2045. Industrialisasi bukan semata untuk mengejar pertumbuhan ekonomi, melainkan untuk kedaulatan bangsa, pemerataan pembangunan, dan kesejahteraan rakyat.