Angsa Hitam

----

Sejak itulah kejutan-kejutan dalam politik diistilahkan dengan Angsa Hitam. Itu untuk menggambarkan keadaan yang tidak normal.

Bebek juga sering dipakai untuk istilah politik: membebek. Masih ada satu lagi: lame duck. Bebek pincang. Yakni untuk menggambarkan ketidakberdayaan pemimpin puncak karena hilangnya dukungan. Atau pemimpin yang tidak lagi dipatuhi karena masa jabatannya akan berakhir.

Awalnya istilah ''bebek pincang'' lahir dari bursa saham di Inggris. Yakni untuk menggambarkan orang-orang yang ''kalah'' dalam perdagangan saham. Mereka meninggalkan bursa dengan loyo dan tertatih seperti bebek pincang yang tidak lagi mampu membebek di belakang rombongan.

Di politik istilah itu muncul untuk menggambarkan ''pincangnya'' fungsi seorang presiden yang masih menjabat tapi sudah kalah Pemilu. Dari situ muncul aturan di mana-mana untuk memperpendek ''presiden lame duck''.

Di Indonesia ''periode lame duck'' itu masih sangat lama: enam bulan. Belum ada perubahan. Di bulan Juli, presiden baru terpilih, Januari baru dilantik. Masa ''lame duck'' tidak terjadi di periode pertama presiden yang terpilih untuk masa jabatan berikutnya.

Andi Widjajanto menjadi bintang di seminar itu. Ia seperti ayahnya: Jenderal Theo Syafi'i. Sulit tersenyum, dingin, hanya bicara seperlunya, tapi analisisnya tajam.

Almarhum Theo adalah jenderal intelektual di TNI yang seumur hidupnya lebih banyak di dunia intelijen. Di masa purnawirannya, Theo aktif sebagai pemikir dan tokoh PDI-Perjuangan. Pun Andi Widjajanto, kini di DPP partai banteng itu.

Skenario Angsa Hitam itu muncul bukan hanya karena tampilnya Trump. "Stabilitas dunia kini seperti ditentukan hanya oleh tiga orang. Donald Trump, Xi Jinping, dan Vladimir Putin," katanya. Tiga-tiganya sosok yang sulit diprediksi. Perang dunia ketiga bisa datang dari hubungan tiga orang itu.

Meski Andi menyajikan empat skenario masa depan pertahanan, tapi skenario Angsa Hitam yang banyak dibahas. Terutama soal hubungan tiga pemimpin dunia tersebut.

Tapi Andi justru tidak terlalu khawatir dengan ''ketidaknormalan'' Donald Trump. Di Amerika Serikat sistem demokrasinya berjalan. Ada kontrol pengimbang. Masa jabatan presiden juga ada batasnya: dua periode.

Yang perlu jadi perhatian justru Putin. Dominasi Putin di Rusia sangat mutlak. Rusia memiliki senjata nuklir pula.

Dan lagi, Rusia seperti punya dendam yang harus terbalaskan.

Dendam mendalam itu: dibubarkannya negara Uni Soviet oleh pimpinan Rusia saat itu: Gorbachev. Sebanyak 15 negara bagian dilepaskan menjadi negara merdeka. Tinggal Rusia. Putin sangat menyesalkan mengapa itu terjadi di tahun 1991.

Dendam lainnya: dilikuidasinya Pakta Warsawa –pakta pertahanan blok Soviet untuk mengimbangi NATO di Barat.

Waktu itu ada komitmen: NATO tidak akan memperluas diri. Juga tidak akan menempatkan senjata strategis di dekat Rusia. Ternyata dua komitmen itu diingkari oleh Barat.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan