Kerek Daya Saing Produk Kriya Nusantara, Kemenperin Ajak Generasi Muda

Kementerian Perindustrian bertekad untuk terus meningkatkan kinerja industri kecil dan menengah (IKM) sektor kriya agar semakin berdaya saing global.--
KORANOKUTIMURPOS.ID - Kementerian Perindustrian bertekad untuk terus meningkatkan kinerja industri kecil dan menengah (IKM) sektor kriya agar semakin berdaya saing global. Berbagai program strategis telah dilaksankan, antara lain melalui pembinaan, peningkatan kapasitas desain, inovasi berkelanjutan, serta fasilitasi akses pasar nasional dan global.
“Kriya Nusantara bukan sekadar hasil kerajinan tangan, melainkan warisan budaya yang merekam jejak sejarah, identitas lokal, dan filosofi hidup masyarakat Indonesia. Dari wastra tenun yang rumit hingga kerajinan logam tempa yang sarat makna, setiap produk kriya mencerminkan kearifan lokal yang telah diwariskan lintas generasi,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Reni Yanita dalam keterangannya di Jakarta.
Salah satu upaya yang juga telah dilaksanakan, yakni penyelenggaraan Webinar bertema “Kolaborasi Kreatif Tingkatkan Nilai Ekonomi Produk Kriya Nusantara – Dari Warisan Budaya Menjadi Primadona Pasar Global” pada pekan kemarin.
“Warisan budaya Indonesia mencerminkan keragaman identitas dan kearifan lokal yang tidak hanya memiliki nilai sejarah, tetapi juga menyimpan potensi ekonomi yang luar biasa jika dikelola dengan tepat," ujar Reni.
BACA JUGA:Green Run 2025, Inisiatif Ajak Publik Dukung Transformasi Industri Hijau
BACA JUGA:Resmikan Menara Plural , Menag: Tebarkan Cinta Kasih, Junjung Nilai Pluralisme
Dirjen IKMA menambahkan, tantangan utama pada pengembangan produk kriya Nusantara antara lain adalah meningkatkan minat generasi muda untuk meneruskan profesi sebagai perajin.
“Tantangan tersebut harus dijawab dengan terus menyebarkan dan mengedukasi pasar tentang pengetahuan tradisional, nilai filosofi, dan identitas lokal yang diwariskan secara turun-temurun. Selain itu persaingan di pasar global juga menuntut pelaku industri kriya untuk dapat terus meningkatkan inovasi, kualitas, dan daya saing harga,” tuturnya.
Salah satu contoh nyata keberhasilan pendekatan ini ditunjukkan oleh brand Manamu Handwoven, yang turut menjadi narasumber dalam webinar.
Lulu Amah merupakan seni tenun menggunakan kawat baja, tembaga, dan kuningan yang menghasilkan produk-produk home décor seperti lampu, artwork, dan aneka macam perhiasan. Sedangkan Mamuli adalah kawat kuningan yang ditempa dengan teknik turun temurun.
BACA JUGA:Bidik Target Ekonomi, Kumpulkan Data Kawasan Industri
BACA JUGA:PPATK Blokir Rekening Pasif, BRI Buka Suara
Menurut Reni, keberhasilan brand Manamu dalam menembus pasar mancanegara didorong oleh brand story yang kuat, kualitas produk tinggi, dan komitmen nyata terhadap komunitas. Selain itu, adaptasi pasar dan kolaborasi dengan influencer serta media meningkatkan visibilitas dan daya tarik brand di pasar lokal dan internasional.
“Keberhasilan ini menjadi bukti bahwa nilai lokal dan inovasi dapat saling melengkapi untuk menembus pasar global,” ujarnya.