KORANOKUTIMURPOS.ID - Menteri Agama Nasaruddin Umar ikut berjalan santai bersama ribuan peserta dalam acara Car Free Day Syiar Muharam 1447 H di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta. Kegiatan ini menjadi pembuka rangkaian Peaceful Muharam yang diselenggarakan Kementerian Agama selama tiga pekan ke depan.
“Yang kita lakukan pada pagi hari ini adalah pesta kebersamaan. Kita merayakan perbedaan. Hijrah itu milik semua agama, etnik, dan komponen masyarakat, sebagaimana terjadi di Madinah pada masa Rasulullah. Inilah makna hijrah yang ingin kita wariskan,” ujar Nasaruddin Umar, Menteri Agama, Minggu (22/6/2025).
Mengenakan topi putih, Menag berjalan santai dari Kantor Kementerian Agama didampingi Wakil Menteri Agama Romo Muhammad Syafi’i, Sekretaris Jenderal Kamaruddin Amin, dan Dirjen Bimas Islam Abu Rokhmad. Mereka menyusuri kawasan CFD di Jalan MH Thamrin bersama 1.500 peserta lainnya, yang terdiri dari penyuluh agama, majelis taklim, guru madrasah, pegawai Kantor Urusan Agama (KUA), Aparatur Sipil Negara (ASN) Kemenag, serta masyarakat umum.
Dalam sambutannya sebelum melepas peserta, Menag menyampaikan bahwa penanggalan Islam tidak ditetapkan berdasarkan peristiwa kelahiran Nabi, turunnya Al-Qur’an, atau Isra Mi’raj. Penanggalan dimulai dari peristiwa hijrah karena menjadi tonggak terbentuknya masyarakat berkeadaban di Madinah.
BACA JUGA:Akan jadi Cagar Budaya Resmi, Warga Diminta Ikut Jaga Kelestarian
BACA JUGA:Industri Mainan di Kendal Ekspor Senilai Rp 11 Miliar ke AS
“Hijrah itu milik semua, milik semua agama, milik semua ekip, milik semua pekerjaan yang ada di Madinah pada waktu itu. Karena itu, peringatan hijrah ini bukan saja untuk iman Islam saja, tapi untuk merayakan kemerdekaan, kebebasan, keadilan, dan kesetaraan,” ungkap Nasaruddin.
kegiatan juga diisi dengan pembagian 300 bibit pohon secara simbolis oleh Menag kepada peserta. Aksi ini menjadi simbol gerakan ekoteologi yang diusung Kementerian Agama melalui berbagai program dakwah sosial yang peduli lingkungan.
“Di depan kita ada bibit pohon, inilah yang akan menghijaukan Indonesia. Menghijaukan artinya menyegarkan, bukan layu dan kuning,” ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Menag juga menyampaikan rencana penilaian gedung-gedung Kemenag, pesantren, dan masjid yang paling cantik, bersih, dan hijau dalam rangka Hari Amal Bhakti Kemenag mendatang. Inisiatif ini menjadi bagian dari implementasi nyata gerakan ekoteologi.
“Nanti kita akan menunjukkan, gedung Kemenag mana yang paling cantik, paling hijau, paling indah. Pesantrennya mana yang paling cantik dan paling indah,” jelasnya.
BACA JUGA:Industri Furnitur Perlu Rebut Peluang USD 660 Miliar di Pasar Global
BACA JUGA:Tutup Retret, Tegaskan Kepala Sekolah Rakyat Arsitek Perubahan Sosial
Dirjen Bimas Islam Abu Rokhmad menambahkan bahwa kegiatan CFD ini merupakan bagian dari dakwah yang terbuka, ramah, dan inklusif, dengan pendekatan sosial dan budaya.
“Kami ingin dakwah hadir secara membumi, adaptif, dan relevan dengan perkembangan zaman. Melalui Peaceful Muharam, kita mengajak masyarakat menebar cinta, kerukunan, dan kepedulian lingkungan,” pungkasnya.