Takdir Al Khoziny
----
Pulang dari haji, Kiai Kholil tidak langsung ke Bangkalan. Ia mencari dulu orang yang bernama Khozin. Ia ke Buduran. Setelah mencari berhari-hari Kiai Kholil bertemu seseorang yang sedang menyapu halaman.
"Apakah kenal orang yang bernama Khozin?"
"Banyak yang bernama Khozin di sini. Khozin yang mana?"
"Saya mendapat amanah dari Rasulullah Nabi Muhammad untuk menyampaikan salam ke orang Buduran bernama Khozin".
"Kalau itu yang dimaksud, berarti orang itu saya, karena saya juga mendapat pesan dari Nabi Muhammad akan ada utusan yang menemui saya".
Saya dengarkan cerita itu dengan seksama. Saya sudah sering mendengar cerita gaib seperti itu di pesantren keluarga kami di Magetan. Sejak saya kecil. Pun tentang kakek buyut saya.
"Di mana halaman tempat beliau menyapu itu sekarang?" tanya saya.
"Bukan di komplek pondok Al Khoziny ini," kata Kiai Abdul Muid kepada saya.
"Di mana?"
"Di halaman pondok Panji. Kira-kira dua kilometer dari sini," ujar Gus Abdul Muid.
Awalnya Kiai Khozin ternyata sekolah di pondok Panji itu. Ini pondok tertua di kawasan itu. Didirikan tahun 1787. Pendirinya: Kiai Hamdani dari Pasuruan.
Khozin akhirnya diambil menantu oleh kiai Hamdani. Bahkan dikirim ke Makkah untuk memperdalam ilmu agama. Santri lain yang juga diambil menantu adalah Hasyim Asy'ari dari Tebuireng, Jombang.
"Istri Kiai Khozin dan Kiai Hasyim Asy'ari meninggal muda. Dua santri andalan itu dikawinkan lagi dengan adik-adik almarhum istri masing-masing," ujar Kiai Abdul Muid. Berarti Kiai Khozin dan Kiai Hasyim Asy'ari dua kali berstatus ipar.
Kiai Hasyim lantas memimpin pondok pesantren Tebuireng, Jombang --menurunkan Gus Dur dan Gus Irfan, menteri haji saat ini.
Kiai Khozin ditugaskan mendirikan pondok tidak jauh dari Panji. Yakni di lokasi Al Khoziny sekarang ini. Itu tahun 1910. Belum ada madrasahnya. Masih berupa padepokan. Itu lebih awal dari catatan sejarah berdirinya Al Khoziny, tahun 1920.