Sayap Ekonom

Kwik Kian Gie--

Setelah pertemuan itu kami saling kirim WA. Kadang Pak Kwik kirim naskah. Beliau sangat berharap naskahnya bisa dimuat di Rakyat Merdeka. Ia tahu saya adalah petinggi di koran itu. Saya bertanya mengapa ia sangat fanatik dengan Rakyat Merdeka.

 

"Berani," katanya.

 

Kadang naskah yang dikirim Pak Kwik terlalu panjang. Ada grafiknya. Tidak sukses dikirim lewat WA. Maka saya minta agar dikirim lewat email. Rupanya ia sudah mencoba berkali-kali.  Tidak sukses. Akhirnya ia menyerah.

 

"Saya sudah terlalu tua untuk berurusan dengan email," katanya.

 

Senin kemarin ia juga menyerah dalam kehidupan. Ia menyusul sang istri yang meninggal tiga tahun lalu.

 

Panjang sekali usia Pak Kwik: 90 tahun. Panjang juga pengabdiannya pada bangsa dan negara Indonesia. Ia mencintai Indonesia secara hakiki --bukan dengan cara ganti nama.

 

Sejak SMA Pak Kwik sudah membuat perkumpulan siswa SMA Tionghoa tapi anggotanya harus yang sudah berwarga negara Indonesia. Saat itu, tahun 1950-an masih banyak orang Tionghoa berstatus WNA --pun anak-anak mereka.

 

Kwik-muda pilih jadi aktivis sepenuh hati. Begitu terpilih sebagai ketua ia pindah ke Surabaya --hanya karena sekjen terpilihnya pelajar dari Surabaya. Sang Sekjen tidak bisa pindah ke Semarang. Kwik yang mengalah pindah ke Surabaya. Agar organisasi bisa berjalan lancar.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan