Pasang surut tantangan yang dihadapi oleh Yuliza menjadi cerita yang tidak kalah menarik. Sulitnya menjadi modal dalam membangun Desa Kubu Gadang menjadi rintangan awal yang harus dihadapi. “Modal awal tidak ada sama sekali, akhirnya saya submit dan ajukan proposal di sejumlah institusi,” kata Yuliza.
Dia sudah mencoba berkonsultasi dan berbagai ihak untuk mendapatkan apa yang digunakannya sebagai modal awal, maklum dia juga tidak bisa mengandalkan dan dari keluarganya yang punya kehidupan sama dengan masyarakat lain. Semua langkah ditempuh dengan semangat yang tetap tinggi.
Dua hari sebelum melahirkan
Akhirnya, finalis IMA UMKM Award dari kategori wisata ini, mendapat info bahwa ada kesempatan untuk membuat proposal ke sebuah kementerian. Peluang itu langsung dimanfaatkan. Menariknya, untuk mendapatkan modal awal dari Kementerian Pemuda dan Olahraga RI pada waktu itu, Yuliza harus rela melakukan presentasi di tengah kondisinya yang sedang hamil tua dan presentasi tersebut dilakukan dua hari sebelum melahirkan.
“Saya punya tekad harus bisa mendapatkan modal tersebut, jadi meski lagi hamil tua dan waktu itu dua hari sebelum melahirkan, saya tetap kejar mimpi itu untuk presentasi di Kemenpora. Syukurnya, proposal saya diterima dan mendapatkan modal awal sebesar Rp100 juta,” tutur Yuliza.
Tidak hanya itu, dengan upayanya yang besar, Yuliza juga mendapatkan pendanaan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif senilai Rp120 juta, bahkan dengan keberhasilannya menjadi juara di IMA UMKM Award, Yuliza mendapatkan modal senilai Rp100 juta dan pendampingan khusus dari mentor yang ahli di bidangnya.
Dampak bagi ekonomi masyarakat.
Untuk semakin menunjukkan kiprah desa wisatanya, Yuliza melakukan sertifikasi Desa Wisata Berkelanjutan dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) untuk Desa Kubu Gadang pada tahun 2019. Selain itu, setiap homestay yang ada harus melalui standardisasi CHSE, yakni Clean, Healthy, Safety, Environment. Hal ini bertujuan agar setiap wisatawan yang menginap merasa nyaman di Desa Kubu Gadang.
Berkat kerjasama dan sosialisasi yang instens ke masyarakat, akhirnya para kepala rumah tangga di desa tersebut bergabung dengan program Yuliza. Kepiawaian yang dimilikinya, mulai berdampak. Seluruh masyarakat yang membuka homestay mendapatkan tambahan penghasilan sebesar Rp3 juta per bulan. Tidak hanya itu, sebanyak 70 persen dari 35 anggota pengurus Desa Kubu Gadang yang tidak bersekolah juga bisa mendapatkan penghasilan sebagai manfaat dari program tersebut.