Gandeng Akademisi untuk Penyempurnaan Strategi Baru Industrialisasi Nasional
Kementerian Perindustrian terus memperkuat arah pembangunan industri nasional melalui implementasi Strategi Baru Industrialisasi Nasional (SBIN). --
Adapun, delapan sasaran utama SBIN, yang mencakup penguatan ketahanan ekonomi nasional, pembangunan industri pertahanan, percepatan hilirisasi strategis, peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kapasitas riset, harmonisasi industri dengan lingkungan, pembangunan dan pemerataan ekonomi hingga desa, penciptaan lapangan kerja berkualitas, serta reformasi regulasi untuk memperkuat iklim usaha.
Delapan sasaran ini menjadi peta jalan yang mengarahkan seluruh kebijakan industri dalam mendukung transformasi menuju Indonesia Emas 2045.
Menperin menekankan bahwa arah industrialisasi nasional bertujuan membangun Indonesia sebagai negara industri yang berdaulat, maju, dan berkelanjutan. Visi ini diwujudkan melalui misi pembangunan industri yang meliputi penguatan struktur industri yang tangguh, percepatan inovasi dan penguasaan teknologi, peningkatan nilai tambah, ekspansi pasar global, serta penyediaan lapangan kerja yang inklusif dan berkualitas.
BACA JUGA:Evaluasi Seluruh Kegiatan Pertambangan, Sanksi Tegas bagi Pelanggar Aturan
BACA JUGA:Indonesia Raih Peringkat Pertama Eksibitor Internasional Terbaik
SBIN juga mengedepankan misi pemerataan pembangunan industri agar manfaat ekonomi dapat dirasakan hingga ke desa-desa dan wilayah terpencil.
Salah satu elemen fundamental SBIN adalah pendekatan backward linkage dan forward linkage sebagai dasar penguatan struktur industri. Pendekatan ini memastikan bahwa industri di hulu dan hilir terintegrasi dalam satu rantai nilai yang saling memperkuat.
Dalam penjelasan Menteri, integrasi tersebut mampu menciptakan multiplier effectyang luas, mencakup peningkatan produktivitas, perluasan kesempatan kerja, penyerapan produk dalam negeri, hingga peningkatan pendapatan masyarakat.
Studi rantai nilai dalam dokumen SBIN menunjukkan bahwa nilai tambah dapat meningkat berkali-kali lipat apabila keterkaitan hulu–hilir diperkuat secara sistematis.
Penetapan komoditas strategis dalam SBIN yang mencakup sektor pangan dan energi, industri pertahanan, ekonomi hijau dan biru, serta komoditas untuk akselerasi industrialisasi seperti mineral strategis, alat kesehatan, tekstil, semikonduktor, dan baterai. Para akademisi memberikan catatan mengenai relevansi komoditas tersebut terhadap kebutuhan masa depan, peluang investasi, dan kapasitas Indonesia dalam mengembangkan industri berbasis teknologi tinggi.
Fokus pengembangan SBIN diarahkan pada delapan bidang prioritas yang mencakup ketahanan pangan dan energi, pembangunan industri pertahanan, ekonomi hijau dan biru, akselerasi industrialisasi, pembangunan infrastruktur dan desa industri, pengembangan SDM dan sains, pembangunan industri hijau, dan pembiayaan industri modern.
Selain itu, Kemenperin juga menegaskan bahwa transformasi industri hijau menjadi pilar utama industrialisasi nasional ke depan. Melalui penerapan efisiensi energi, penggunaan energi terbarukan, ekonomi sirkular, dan standardisasi industri hijau, Indonesia diarahkan menuju sistem industri yang lebih berkelanjutan.
Dalam forum ini, diperkenalkan dua instrumen penting untuk mendukung transisi tersebut, yaitu Green Industry Service Company (GISCO) yang berfungsi sebagai penyedia layanan teknologi hijau dan aggregator proyek efisiensi energi, serta Industrial Decarbonization & Competitiveness Facility (IDCF) yang dirancang untuk menurunkan risiko pembiayaan dan mempercepat implementasi teknologi dekarbonisasi di sektor industri.
BACA JUGA:Menteri Lingkungan Hidup Tegaskan Pemda dan Perusahaan Penyebab Banjir di Sumatera Akan Disanksi
BACA JUGA:BPN Salurkan Pangan untuk 109 KK