Transformasi Halal Tingkatkan Nilai Tambah dan Daya Saing Produk Industri
Sektor industri manufaktur Indonesia menunjukkan ketahanan yang solid di tengah tekanan global sepanjang satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.--
Perkembangan industri halal ini dinilai strategis karena memberikan peluang ekspor yang luas bagi pelaku industri dalam negeri. Pemerintah berkomitmen memperkuat kolaborasi lintas sektor untuk memastikan Indonesia tidak hanya menjadi konsumen produk halal, tetapi juga produsen utama produk halal di pasar global.
Sejalan dengan itu, transformasi digital di sektor manufaktur terus dipercepat melalui penerapan teknologi industri 4.0. Berdasarkan laporan dari 29 perusahaan National Lighthouse Industry 4.0, implementasi digitalisasi telah meningkatkan produktivitas hingga dua kali lipat, mempercepat waktu produksi hingga 600%, dan menekan emisi karbon hingga 190%.
“Transformasi digital tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga membentuk industri yang lebih hijau, modern, dan berdaya saing tinggi,” ungkap Menperin.
Program Startup for Industry (S4I) juga turut menjadi motor penggerak kolaborasi antara startup teknologi dan sektor industri nasional. Melalui program ini, para inovator muda memperoleh akses ke pembiayaan, kemitraan jangka panjang, serta peluang ekspansi global.
Sejumlah startup binaan Kemenperin bahkan berhasil meraih penghargaan internasional di Jerman dan Hongkong, yang mencerminkan kemampuan inovasi anak bangsa di panggung global.
Dalam menjaga keberlanjutan operasi industri, Kemenperin konsisten mengawal kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT). Pada 2025, sektor industri menjadi pengguna gas bumi terbesar dengan alokasi 25,91% dari total konsumsi nasional. Kemenperin mendukung agar kebijakan ini dijalankan secara sektoral, sehingga subsidi energi dapat lebih tepat sasaran dan mendukung produktivitas industri.
Selain itu, Kemenperin juga menjalankan program restrukturisasi mesin dan peralatan industri untuk memperkuat efisiensi produksi, produktivitas dan daya saing produk. Sepanjang 2024, program ini menjangkau 34 perusahaan industri agro, 49 perusahaan tekstil dan produk tekstil, serta 90 industri kecil dan menengah. Total nilai penggantian mesin mencapai Rp65,1 miliar dan berhasil memicu peningkatan investasi baru lebih dari Rp700 miliar.
Menurut Menperin, modernisasi mesin produksi menjadi bagian penting dalam agenda peningkatan efisiensi dan kualitas produk nasional. “Mesin yang lebih efisien dan modern berarti biaya produksi lebih rendah, kualitas produk lebih tinggi, peningkatan skill pekerja dan daya saing industri semakin kuat,” katanya.
Ke depan, Kemenperin akan terus memperkuat kebijakan berbasis nilai tambah, memperluas implementasi teknologi industri 4.0, dan memperkuat sinergi lintas sektor untuk memastikan industri nasional tetap menjadi motor penggerak utama ekonomi.
“Dengan fondasi kebijakan yang adaptif dan semangat kolaboratif seluruh pemangku kepentingan dalam ekosistem industri, kami sangat optimistis sektor industri akan semakin tangguh, mandiri, dan berdaya saing global menuju Indonesia Emas 2045,” pungkas Menperin.