PMI Manufaktur Sentuh Fase Ekspansif, Menperin: Industri Butuh Iklim Kondusif

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita--
PMI manufaktur Indonesia pada Agustus 2025 mampu melampaui PMI manufaktur Prancis (49,9), Jerman (49,9), Jepang (49,9), Myanmar (50,4), Filipina (50,8), Korea Selatan (48,3), Taiwan (47,4), Inggris (47,3), dan China (50.5).
Agus juga menegaskan, peningkatan ini sekaligus menjadi sinyal positif bahwa sektor industri manufaktur tetap tangguh dan mampu menjadi motor penggerak ekonomi nasional. “Kementerian Perindustrian berkomitmen untuk mewujudkan arahan Bapak Presiden Prabowo, bahwa Indonesia akan tumbuh menjadi negara industri yang kuat dan tidak kalah dengan negara lain. Semangat yang disampaikan oleh Bapak Presiden merupakan arah sekaligus energi baru bagi kita semua,” tuturnya.
BACA JUGA:MK Tolak Gugatan UU Pengelolaan Zakat
BACA JUGA:Lantik Laode Sulaeman Dilantik jadi Dirjen Migas
Oleh karena itu, Kemenperin bertekad untuk terus memperkuat daya saing industri nasional melalui hilirisasi, peningkatan kualitas SDM industri, serta pemanfaatan teknologi dan inovasi. “Dengan kolaborasi erat antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat, Indonesia siap menjadi kekuatan industri yang diperhitungkan di kancah global,” tegasnya.
Menperin juga menyampaikan bahwa pernyataan Presiden Prabowo menjadi peta jalan pembangunan industri nasional. Kemenperin, menurutnya, akan memastikan seluruh kebijakan sejalan dengan visi tersebut.
“Kami akan mempercepat transformasi industri 4.0, mendorong pengembangan industri hijau, serta memperkuat ekosistem IKM. Bersama dunia usaha dan seluruh pemangku kepentingan, kami optimistis Indonesia mampu berdiri sejajar bahkan unggul dibandingkan negara-negara industri lainnya,” jelas Agus.
Lebih lanjut, Menperin menyatakan, Kemenperin tengah mempercepat program hilirisasi sumber daya alam, penguatan industri manufaktur, serta pengembangan kawasan industri berbasis teknologi. Langkah-langkah nyata ini diyakini akan mempercepat transformasi Indonesia menjadi pusat pertumbuhan industri di kawasan maupun global.
“Visi Bapak Presiden Prabowo yang menargetkan Indonesia harus menjadi negara industri yang kuat, kami sambut dengan kesiapan program yang nyata. Dengan hilirisasi, penguatan manufaktur, serta kawasan industri berbasis teknologi, kami optimistis Indonesia akan tampil sebagai pusat pertumbuhan industri yang berdaya saing,” imbuhnya.