Dewa Umat

Catatan dahlan Iskan--
Dewa di kelenteng Tuban "dikalahkan" oleh mereka yang menyembahnya. Maka yang lebih terkenal dari kelenteng Tuban kini bukan lagi dewanya melainkan pertikaian antar tokoh pengurusnya.
Pernah, salah satu pihak di kelenteng itu marah: pintu gerbang kelenteng pun mereka gembok.
Pihak satunya juga marah: mereka juga menggembok kelenteng. Gemboknya lebih besar. Maka gerbang kelenteng itu tidak bisa dibuka oleh pihak siapa pun.
Sampailah tokoh-tokoh kelenteng Surabaya diminta turun tangan. Dua pihak yang bertikai akhirnya setuju: minta tiga tokoh besar Surabaya mengambil alih sementara kelenteng itu: Wei Fan, Alim Markus, dan Soedomo Mergonoto.
Soedomolah yang diminta jadi ketua sementara. Anda sudah tahu siapa Soedomo: pemilik kerajaan bisnis kopi Kapal Api.
Kelenteng pun dibuka kembali. Untuk mengurusnya sehari-hari Soedomo menempatkan orangnya di sana: urus keuangan dan manajemen.
Maka setidaknya dua tahun terakhir keadaan tenang kembali.
Waktu saya ke kelenteng itu tahun lalu terlihat begitu banyak yang sembahyang di situ. Lilin-lilin sebesar drum menyala tak kunjung padam.
Selama dipegang Soedomo, toilet dan kamar mandi dibenahi. Dibikin baru. Dipisah. Pria Dan wanita tidak lagi jadi satu. Jadilah puluhan toilet yang rapi, bersih, dan modern.
Pun tempat tidur di wisma di belakang kelenteng itu: diperbarui. Soedomo membeli 1.500 tempat tidur sisa proyek Covid-19. Pengunjung yang menginap di situ tidak lagi tidur di lantai.
"Kebanyakan tamu yang bermalam adalah orang-orang tua. Kalau tidur di lantai mereka sulit ketika ingin berdiri. Maka kami belikan 1.500 tempat tidur," ujar Soedomo lewat sambungan telepon internasional. Ia sedang di Polandia. Ia diundang temannya ke sana: pengusaha besar Polandia.
Si Polandia pernah ke Bali. Ia kagum berat dengan Bali. Maka begitu pulang ke Polandia ia bikin tempat wisata. Persis seperti di Bali. Patung-patungnya pun didatangkan dari Bali. Soedomo sendiri adalah konsul kehormatan Polandia di Surabaya.
Soedomo yang menanggung semua biaya perbaikan toilet dan wisma kelenteng. Tidak diambil dari uang kelenteng. Soedomo sendiri yang bayar –bersama donatur lain yang juga teman-temannya.
Keadaan tenang itu berlangsung sampai usai Pemilu 2024. Di Pemilu itu tokoh Tionghoa asal Tuban, Go Tjong Ping, gagal terpilih kembali sebagai anggota DPRD Jatim. Ia sudah dua periode menjadi anggota dewan. Dari PDI-Perjuangan. Namanya terkenal di Tuban.