Ragam Sejarah Bumi Sebiduk Sehaluan

Rillando Maranansha Noor. S.E.--

Majunya pertanian padi di OKU Timur selain dikarenakan faktor kesuburan tanah juga dikarenakan keberadaan Bendungan Perjaya. Pada masa kolonial Belanda, yaitu antara tahun 1938-1941 seorang ahli tanah Belanda mengidentifikasi potensi kesuburan tanah di OKU Timur dan menyarankan pemanfaatan Sungai Komering untuk memperkaya lahan pertanian. Pemerintah Belanda akhirnya merencanakan pembangunan bendungan di Sungai Komering sebagai politik balas budi. Pembangunan tersebut dimulai pada tahun 1938 dan direncanakan selesai pada tahun 1941. Namun, rencana tersebut pupus karena pembangunan harus terhenti oleh Perang Dunia II.

Pada era orde baru pembangunan dilanjutkan kembali di desa Perjaya dan berlangsung dari tahun 1991-1995. Tujuan pembangunan tersebut adalah untuk meningkatkan ketersediaan air di wilayah sekitar bendungan. Pada tahun 1996, air dari Bendungan Perjaya mulai dialirkan ke wilayah Belitang untuk mengairi lahan pertanian seluas 20.968 ha lahan. Selanjutnya bendungan tersebut memiliki luas area irigasi sekitar kurang lebih 120.000 ha. Keberadaan bendungan sebagai bagian penting dari sistem irigasi di OKU Timur memiliki peran penting menunjang sektor pertanian yang menjadi sektor andalan Bumi Sebiduk Sehaluan.

Itulah ragam Sejarah tentang Bumi Sebiduk Sehaluan OKU Timur, dimulai dari Sejarah terbentuknya, masa kolonisasi dan transmigrasi hingga kehadiran bendungan Perjaya sebagai penunjang sektor pertanian. Berdasarkan data BPS, pada tahun 2024 luas tanam komoditi padi di OKU Timur seluas 11.432 ha dengan produksi padi sebesar 731.588 ton GKG. Tak heran memang bila hingga saat ini OKU Timur menjadi salah satu wilayah dengan produksi padi terbesar di Sumatera Selatan.

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan