JAKARTA - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM mencatat adanya peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Slamet di Jawa Tengah.
Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat indikasi tekanan yang meningkat di bawah tubuh gunung yang berpotensi memicu gempa dangkal maupun erupsi.
Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid menyampaikan imbauan kepada masyarakat di sekitar Gunung Slamet untuk tidak melakukan aktivitas dalam radius 2 kilometer dari kawah.
"Erupsi freatik maupun magmatik Gunung Slamet dapat menghasilkan lontaran material pijar yang membahayakan wilayah dalam radius tersebut," ujarnya.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) di Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, mencatat aktivitas kegempaan Gunung Slamet didominasi oleh gempa hembusan dan tremor menerus. Fenomena ini mengindikasikan pergerakan fluida di sekitar permukaan.
BACA JUGA:Kemensos Salurkan Bantuan untuk Penanganan Banjir
BACA JUGA:Kacang Hijau Bisa Mencegah Anemia, Mitos Atau Fakta? Begini Penjelasannya
PVMBG juga melaporkan adanya peningkatan jumlah gempa tektonik lokal dan amplitudo tremor sejak minggu keempat September hingga awal Oktober 2023.
Peningkatan amplitudo tremor yang berlanjut hingga Oktober 2023 disertai dengan gempa tremor harmonik berdurasi panjang.
Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pemanasan air tanah di kedalaman dangkal dan peningkatan hembusan dalam tubuh Gunung Slamet. Pada periode 9-19 Mei 2024, terdeteksi pula gempa vulkanik dalam, yang menandakan adanya suplai magma menuju permukaan.
Gunung Slamet, yang merupakan gunung stratovulkanik dengan ketinggian 3.432 meter di atas permukaan laut (mdpl), secara administratif berada di lima kabupaten: Pemalang, Banyumas, Brebes, Tegal, dan Purbalingga. Pemantauan aktivitas gunung ini dilakukan secara visual dan instrumental dari PPGA Gambuhan, Pemalang.
Peningkatan terakhir aktivitas vulkanik Gunung Slamet tercatat pada Maret hingga September 2014, yang diikuti letusan tipe strombolian berupa lontaran material pijar dan abu vulkanik di sekitar kawah. Aktivitas serupa kembali terdeteksi pada akhir 2023, sehingga sejak 19 Oktober 2023 status Gunung Slamet dinaikkan ke Level II (Waspada).
BACA JUGA:Siapkan Generasi Hebat, Kemenag Luncurkan Buku
BACA JUGA:GATF 2024 Kontribusi Majukan Pariwisata Indonesia
PVMBG mengingatkan masyarakat dan pendaki untuk tetap waspada terhadap potensi bahaya erupsi. Masyarakat diimbau mengikuti arahan dari pihak berwenang untuk menghindari risiko yang tidak diinginkan.