Korbannya orang Korea Utara. Pembunuhnya orang Vietnam. Dibantu oleh orang Indonesia. Dilakukan di Malaysia.
Skenario yang sempurna.
Aisyah mau melakukan itu karena tertipu. Adegan itu dikatakan hanya sebuah prank. Untuk konten YouTube. Aisyah dibayar. Pun yang orang Vietnam.
Pihak yang menyuruh, orang Korea Utara, sudah ditangkap. Tidak cukup bukti. Dipulangkan ke Korea Utara. Tinggal Aisyah dan orang Vietnam yang yang terkena sial.
Boyamin menggugat Presiden Jokowi di Pengadilan Negeri Jakarta selatan. Sidangnya tidak kunjung dimulai. Tergugat selalu tidak datang. Akan tetapi di lapangan, pemerintah mulai serius.
Pemerintah berani membayar pengacara mahal di Malaysia untuk Aisyah.
Secara kebetulan Jokowi dapat durian runtuh: pemerintah Malaysia lagi meminta Indonesia mengirim kapal sitaan milik koruptor di sana. Yakni kapal pesiar mewah yang sedang berlabuh di Benoa, Bali.
Itulah kapal seharga Rp 4 triliun. Milik Jho Low, pengusaha asal Penang yang jadi hoping Perdana Menteri Najib Razak.
Mereka melakukan korupsi di BUMN. Korupsi terbesar di dunia.
Saat PM Mahathir Mohamad meminta barang sitaan itu, Jokowi minta pembebasan Aisyah. Dipenuhi. Kapal dikirim ke Malaysia. Aisyah dipulangkan ke Banten.
Itu menjelang Pemilu 2019. Nama Jokowi pun harum. Aisyah diundang ke istana.
Jaksa Agung Malaysia Tony Thomas mencabut perkara Aisyah. Di sana perkara boleh dicabut biarpun sudah mulai disidangkan.
Boyamin pun mencabut gugatannya di PN Jakarta Selatan.
Boyamin-Arif adalah sama-sama aktivis Islam. Sama-sama penggerak Mega-Bintang. Sama-sama magang di kantor hukum terkenal di Solo: Mugono SH.
Keduanya juga sama-sama lahir tanggal 20 Juli –hanya tahunnya yang berbeda.
Kemenangan mereka di MK ternyata berkah bagi orang lain. Saat menang dalam perkara “PK boleh berkali-kali” dimanfaatkan oleh para koruptor.