Bukhari Sukarno

FOTO: MOCH SAHIROL-HARIAN DISWAY - Pentas teater Imam Al-Bukhari dan Sukarno di Surabaya--

OKUTIMURPOS - Sebenarnya Bung Karno bukan lahir di kota Surabaya. Saat itu wilayah Surabaya mencakup Mojokerto sampai Jombang. Di Jombanglah Bung Karno lahir.

 

Saya sudah siap mental untuk tidak membandingkan teater ini dengan Gandriknya Butet Kartaredjasa maupun teaternya Nano Riantiarno.

 

Imam Al-Bukhari dan Sukarno pastilah teater dengan muatan pamflet. Apalagi penyelenggara pertunjukan ini resmi: DPP-PDI Perjuangan.

 

Tiga tokoh wanita partai itu hadir: Puti Guntur Soekarnoputri, Mantan Mensos dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, serta Wiryanti Sukamdani, ketua departemen pariwisata partai. Wiryanti memberi sambutan di akhir acara.

 

Panggung dibuka dengan latar belakang galaxy jagad raya. Saya paham mengapa dipilih latar belakang seperti itu: di masa lalu Samarkand dipimpin seorang amirul mukminin yang sekaligus ahli astronomi terkemuka dunia dan ahli matematika: Ulugh Begh. Ulugh Begh sendiri artinya ''Amirul Akbar''. Pemimpin besar.

 

Adegan teater ini dimulai dengan tiga ulama Bukhara yang tafakur di keheningan malam gulita. Tiga ulama itu dimainkan oleh aktor asli dari Uzbekistan –seluruhnya ada tujuh orang.

 

Adegan kedua: sidang kabinet Indonesia di tahun 1956. Presiden Sukarno membahas undangan pemimpin tertinggi Uni Soviet Nikita Khrushchev.  Presiden Sukarno menolak undangan itu: masih harus fokus di persoalan dalam negeri. Undangan kedua juga ditolak. Baru di undangan ketiga Bung Karno bersedia dengan syarat: Uni Soviet harus mencari sampai ketemu, di mana makam Iman Al-Bukhari.

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan