Aminudin menjelaskan, kelompok tani mengajukan jumlah kebutuhan pupuk ke kelompok tani. Misalnya punya lahan sawah 1 hakter berarti kebutuhannya yakni 8 karung atau 4 kwintal pupuk.
Pupuk tersebut berupa Urea dan Phonska. Aminudin mengatkan, pupuk subsidi biasanya tersedia di bulan Januari untuk masa tanam pertama, kemudian sekitar bulan Juni pada masa tanam kedua.
“Nah saat diajukan, jumlah didapat tidak sesuai yang diajukan. Sehinga pupuk masih kurang,” jelasnya.
Jika pupuk kurang, maka dia sebagai petani kebingungan mencari pupuk. Sebab jika beralih ke pupuk non subsidi maka biaya akan membengkak.
“Jadi harga pupuk subsidi itu Rp 150 per karung isi 50 kg. Sementara harga pupuk non subsidi mencapai Rp 300 ribu per karung,” jelasnya.
Menurutnya, dalam merawat padi sawah bukan sekedar pupuk saja yang dibutuhkan, tapi ada juga yang lain seperti racun hama, racun rumput, pembasmi keoang dam sebagainya. Semua itu butuh biaya.
“Misalnya hama Walang Sangit, itu kita belim merk tertentu harga Rp 25 ribu per sacet. Tapi kalau tidak mempan kita beli lagi merk lain,” katanya.
Belum lagi harus membeli racun pembasmi rumput. Jika semua itu tidak bisa dipenuhi resikonya adalah hasil panen kurang. “Kalau hasil panen tidak memuaskan tentu merugi,” katanya.
- Tri Wahyudi Saleh Jabat Direktur Pemasaran Pupuk Indonesia
- Inovasi Bupati Enos : Hilirisasi TPA Gemuk Rejo menjadi Pengolahan Pupuk Organik Cair
- Masuk Musim Tanam, Khawatirkan Pupuk Langka
- Dibagikan Gratis, Bupati Enos Launching Pupuk Organik Cair (POC) bioEnos
Aminudin berharapan pemerintah menjamin kesedian pupuk subsidi bagi petani kecil. “Iya harapan kami pupuk jangan langka lagi,”pungkasnya. (*)