"Dari Amsterdam jam 00.00, tiba di Paris jam 07.00. Dari terminal bus saya naik Uber menuju hotel. Driver-nya berkulit hitam dan ramah sekali. Ia memperkenalkan diri sebagai Salim".
Sepanjang perjalanan macet. Parah. Menuju hotel macetnya sangat parah. Salim jadi bisa banyak bercerita: ia pernah tinggal di Amsterdam selama 7 tahun. Ia bilang Amsterdam lebih bersahabat daripada Paris. Tapi ia memilih Paris untuk mengais rezeki karena istrinya, yang juga dari Guinea, tidak bisa berbahasa Belanda.
Di Paris, Salim membujang: kontrak kamar ukuran kecil. Istri dan anak-anaknya tinggal 200 km dari Paris. Seminggu sekali Salim pulang menengok keluarganya.
Salim punya 5 anak. Dua di antaranya sudah selesai sekolah. Yang satu sudah kerja sedangkan satunya baru cari kerja.
Salim seorang muslim asal Guinea. Ia bertanya tentang agama saya. "Kami Muslim". Aku ngaku Muslim untuk mengurangi risiko kriminalitas.
Salim senang. "Indonesia adalah negara Muslim terbesar di dunia," katanya. Ia tampak senang karena penumpangnya seiman. Lumayan…, rasa was-was kami berkurang.
Salim bercerita tentang negeri asalnya. "Di Guinea, dulu, sulit cari kerja. Namun sekarang, setelah investor dari China masuk ke Guinea, perekonomian membaik".
"Dahulu, Guinea adalah koloni Prancis. Dengan Prancis, perekonomian berhenti di tempat".