Saat itu Ali pilih berada di rumah Nabi. Mengurus kematian mertuanya itu.
Jarak antara rumah Nabi dengan teras itu kira-kira 500 meter. Tentu, waktu itu, dipisahkan oleh banyak rumah, rumah kampung model Arab.
Di perhelatan di teras itu banyak yang menyebut nama Umar pantas jadi pemimpin baru. Tentu banyak juga yang tidak setuju. Akhirnya, setelah bertele-tele, Umar berdiri. Ia menggapai Abu Bakar. Ia menyatakan bai'at pada Abu Bakar. Ia angkat Abu Bakar sebagai pemimpin barunya.
Melihat apa yang dilakukan Umar yang lain pun ikut bai'at. Jadilah Abu Bakar, tergolong paling tua saat itu, khalifah pertama.
Tentu ada yang khawatir: bagaimana kalau Ali tidak mau mengakui Abu Bakar sebagai pemimpin baru. Bukankah banyak yang berpendapat Ali-lah yang sebenarnya lebih berhak jadi pemimpin baru. Nabi sendiri mengakui kehebatan Ali –dan orang tahu itu.
Maka dicarilah Ali: agar mau ke teras itu untuk berbai'at pada Abu Bakar.
Ketika ada yang berhasil menemuinya, Ali pun menjawab: apakah jenazah Nabi dibiarkan tidak ada yang mengurus?
Banyak sekali tafsir atas ucapan Ali itu. Sebagian tafsir menilai Ali memang tidak mau mengakui kepemimpinan Abu Bakar. Ali merasa dirinya lebih berhak memimpin.