JAKARTA- Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, Amien Suyitno menegaskan pentingnya sinkronisasi dan orkestrasi materi pendidikan Pancasila yang digunakan di satuan pendidikan di bawah Kementerian Agama. Hal ini disampaikan Suyitno saat mewakili Menteri Agama dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Jakarta.
“Selama ini di lingkungan Kemenag, penggunaan Teks Buku Utama (TBU) mengacu pada edaran dari Kemendikdasmen. Buku-buku yang kami pakai pun telah mendapat legitimasi dan rekomendasi dari Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP),” jelasnya.
Ia menekankan bahwa legitimasi pemerintah atas buku pelajaran penting untuk menjamin kualitas dan validitas materi ajar. Sinkronisasi kurikulum antara BPIP dan Kemenag disebutnya sebagai langkah strategis ke depan.
Dalam forum yang dihadiri oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti, Kepala BPIP Yudian Wahyudi, Suyitno juga menyampaikan pesan Menteri Agama mengenai penerapan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) yang akan mulai diimplementasikan pada tahun ajaran 2025.
BACA JUGA:Perkuat Fundamental Bisnis Melalui Transformasi, BRI Cetak Laba Rp 26,53 Triliun
BACA JUGA:Tingkatkan Lifting Migas, Percepat Perizinan
“KBC ini meliputi cinta kepada Tuhan dan Rasul-Nya, cinta kepada bangsa dan tanah air, cinta kepada lingkungan, cinta pada sesama umat, dan cinta pada ilmu,” ujarnya.
Suyitno secara khusus menyoroti tantangan besar dalam implementasi nilai cinta kepada sesama. Ia menyebut perundungan masih menjadi masalah serius di lingkungan pendidikan, termasuk lembaga pendidikan agama.
“Kalau ini tidak kita tangani secara reformatif, bukan tidak mungkin lembaga pendidikan yang kita cita-citakan sebagai lembaga ramah justru berubah menjadi lembaga yang marah,” katanya tegas.
Selain isu karakter, Suyitno juga menyoroti kerusakan lingkungan yang disebutnya sudah mencapai tahap darurat. Ia menekankan perlunya formulasi dan aksi nyata dari lembaga pendidikan berbasis teologi agama dalam menyikapi persoalan lingkungan, atau yang ia sebut sebagai “ekoteologi”.
“Lembaga pendidikan harus hadir dengan karya dan formulasi, bukan hanya secara teoritik tapi juga teologis, dalam menjaga kelestarian lingkungan,” imbuhnya.
BACA JUGA:Gelar Pesantren Awards pada Puncak Hari Santri 2025
BACA JUGA:Berawal Dari Proyek Mahasiswa, Kumora Cookies Melejit Jadi UMKM Sukses Berkat Rumah BUMN BRI Jakarta
Rakornas BPIP ini turut dihadiri jajaran Dewan Pengarah, Staf Khusus, Dewan Pakar, para Kepala Kanwil Kemenag, serta kepala dan guru-guru dari DKI.