KORANOKUTIMURPOS.ID-- Dalam dunia kuliner Nusantara, kue menjadi bagian penting dalam berbagai perayaan dan aktivitas sehari-hari.
Secara umum, kue dibedakan menjadi dua jenis, yakni kue basah dan kue kering.
Meski sama-sama lezat, keduanya memiliki perbedaan signifikan dari segi tekstur, daya tahan, hingga cara penyajian.
Simak berikut ini perbedaannya
1. Tekstur dan Kelembapan
Kue basah memiliki tekstur yang lembut, empuk, dan cenderung lembap karena mengandung lebih banyak air, santan, atau minyak. Contohnya seperti lemper, kue lapis, dan klepon. Sebaliknya, kue kering memiliki tekstur yang renyah atau garing karena kadar airnya rendah. Contohnya termasuk nastar, kastengel, dan putri salju.
2. Daya Tahan dan Penyimpanan
Karena kadar airnya tinggi, kue basah hanya bertahan dalam waktu singkat, biasanya 1–3 hari, bahkan bisa lebih cepat basi jika tidak disimpan dengan benar. Kue kering lebih awet, bisa tahan berminggu-minggu hingga berbulan-bulan jika disimpan dalam wadah kedap udara.
3. Proses Pembuatan
Kue basah umumnya dibuat dengan cara dikukus atau direbus, meski beberapa juga digoreng. Sementara kue kering umumnya melalui proses pemanggangan di oven, yang membantu mengurangi kadar air dan membuatnya lebih tahan lama.
4. Waktu Penyajian
Kue basah biasa disajikan saat acara tradisional, arisan, atau sebagai camilan sore hari dengan teh. Kue kering lebih identik dengan hari raya seperti Lebaran dan Natal, karena praktis dan mudah dikemas.
5. Bahan Utama
Meskipun beberapa bahan bisa serupa, seperti tepung dan gula, kue basah sering kali menggunakan santan, tape, atau bahan-bahan alami lainnya untuk rasa dan kelembapan. Sementara kue kering lebih sering memakai margarin, telur, dan susu bubuk untuk menciptakan tekstur renyah.
Meski berbeda dalam banyak aspek, baik kue basah maupun kue kering tetap menjadi kekayaan kuliner Indonesia yang digemari masyarakat dari berbagai kalangan. Memahami perbedaannya bisa membantu dalam memilih jenis kue yang tepat untuk berbagai kesempatan.