Tetangga N

Senin 29 Jan 2024 - 13:51 WIB
Reporter : Maulana
Editor : yogie

Rupanya kehebohan besar itu berawal dari salah ketik di dalam salah satu artikel. Harusnya huruf "N" yang di-klik. Ternyata keliru huruf "B". Dua tombol huruf itu memang bersebelahan di keyboard komputer.  

Tahun 1991, artikel dan berita dari luar kota dikirim melalui mesin faksimile. Naskah tersebut kemudian diketik ulang oleh copy editor. Teknologi internet baru dikenal 4 tahun kemudian.

Karena bertepatan dengan hari besar Islam Maulid Nabi, Jawa Pos menurunkan artikel bertema keteladanan Rasulullah. Yuli Setyo Budi selaku copy editor yang kebagian tugas.

Di Jawa Pos, nama Yuli Setyo Budi itu dianggap terlalu panjang. Awak redaksi lalu memanggilnya dengan sebutan Yoseb (diucapkan Yosep): Singkatan prokem Yuli Setyo Budi. Konon karena ada karyawan lain Bernama Yuli, Setyo, dan Budi. Nama Yoseb ini tiada duanya.

Celaka 14. Yoseb salah ketik. Maksud hati akan menulis "Nabi". Huruf "N" salah tutul dengan huruf "B". Hasilnya berabe. Wajar kalau ada pembaca yang terbakar emosinya.

Apalagi muncul informasi sesat: Kode JOS di bagian akhir tulisan itu singkatan dari "Yosep". Padahal "Yoseb" itu berasal dari "Yuli Setyo Budi". Bukan "Yosep" yang lain.

Entah bagaimana model komunikasi warga waktu itu. Internet belum dikenal. Telepon selular belum ada. Apalagi media sosial dan aplikasi chatt masih jauh.  Dalam tempo tidak sampai lima jam sejak koran Jawa Pos beredar, gelombang demonstrasi sudah begitu besarnya. Konon karena berbarengan dengan banyaknya acara pengajian.

Meski tetap tidak kenal Yoseb, saya turuti permintaan Satpam. Segera saya starter sepeda motor untuk menjemput JOS di rumahnya, di kawasan Banyu Urip, Surabaya Barat.

Baru sampai pagar depan kantor, perjalanan saya terhenti. Demonstran mengira sayalah JOS yang menyamar hendak melarikan diri. Untung polisi bisa meredam emosi mereka.

Menjelang tengah hari, saya dan Yoseb sampai di kantor Jawa Pos lagi. Dalam tempo tiga jam, jumlah massa sudah semakin banyak. Kali ini sudah ada yang membentangkan spanduk: "Tutup Jawa Pos!" 

Beberapa menit kemudian, Dahlan Iskan datang. Beberapa perwakilan demonstran diundang masuk ke kantor pusat. Jawa Pos diwakili Dahlan dan Yoseb. 

Saya diberi tugas meliput demonstrasi itu. Yakni untuk menulis hak jawab para demonstran. Satpam diperintahkan memborong sebanyak mungkin nasi bungkus dari warung di sepanjang Jl Karah Agung untuk ribuan orang yang berdemo di depan kantor.

Menjelang Asar, tercapailah perdamaian. Saya kebagian tugas menuliskan beritanya dari dua sisi: Suara demonstran dan Yoseb.

Kamis tadi malam, di lini masa WhatsApp group pensiunan "Jawa Pos" Cowas, muncul permintaan doa untuk Yoseb yang dalam kondisi kritis di RS Islam, Surabaya. Pagi tadi muncul berita duka: Yoseb telah berpulang untuk selama-lamanya. 

Inalillahi waina ilaihi rojiun. Selamat jalan sobatku. Semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosamu dan melipatgandakan amal baikmu.

Meski saya hanya bekerja dua tahun di kantor Jawa Pos Surabaya, nama Yoseb tidak akan pernah hilang dari ingatan saya. Selama saya masih bisa mengetik, selama itu pula saya akan teringat namanya: Karena tombol "N" dan "B" tetap bertetangga.

Kategori :

Terkait

Sabtu 09 Nov 2024 - 11:19 WIB

Tawaduk Thinking

Rabu 30 Oct 2024 - 08:22 WIB

Tembus Kerupuk

Minggu 29 Sep 2024 - 09:01 WIB

Nasib Kakak

Sabtu 24 Aug 2024 - 11:07 WIB

Sembahyang Rebutan

Sabtu 27 Jul 2024 - 12:32 WIB

260 Disway