Tanpa Awak

--

Alumni beasiswa B.J. Habibie yang satu ini berkibar-kibar: Kaharuddin Djenod.

Cita-citanya untuk menciptakan kapal selam nasional terwujud. Anda sudah tahu: tanggal 30 Oktober lalu kapal selam yang dibuat Kaharudin sudah diuji coba. Sudah berhasil. Termasuk berhasil meluncurkan torpedo bawah air. Saksinya: Menteri Pertahanan Jenderal TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto, dan KSAL Laksamana Muhammad Ali.

Dengan demikian, kini ada dua alumni Habibie yang memegang peran penting di Indonesia. Satunya lagi adalah Dr Darmawan Prasodjo, dirut PLN, yang kini menjabat untuk periode kedua. Kaharuddin sendiri kini menjabat dirut PT PAL di Surabaya.

Kapal selam yang diciptakan Kaharuddin adalah kapal selam tanpa awak, atau Kapal Selam Autonomous (KSOT). Mirip drone laut. Fungsinya persis kapal selam tradisional. Bahkan lebih canggih. Dengan biaya pembuatan jauh lebih murah: hanya sekitar 10 persennya.

Dengan demikian keinginan Indonesia untuk mempertahankan seluruh lautnya bisa segera terwujud. Indonesia bakal bisa memiliki 30 kapal selam dalam waktu yang singkat. Dengan 30 kapal selam maka seluruh ''mulut laut'' Indonesia bisa dijaga oleh kapal selam yang canggih.

Tiap kapal selam tidak berawak itu dilengkapi empat buah senjata torpedo. Penggunaan torpedo itulah yang dicoba tanggal 30 Oktober lalu. Di Selat Madura. Dianggap sukses.

Ukuran kapal selam tidak berawak itu ''hanya'' 20 meter. Bandingkan dengan kapal selam tradisional yang sampai 60 meter. Penempatannya juga bisa sedalam kapal selam biasa: sampai di kedalaman 300 meter.

Karena tanpa awak maka risikonya juga lebih kecil. Tidak perlu menyediakan oksigen. Tidak perlu logistik untuk awak. Semua bisa dikendalikan dari kapal perang terdekat yang berfungsi sebagai pusat komando di satu wilayah penugasan.

Kaharuddin telah mampu melakukan penghematan besar-besaran di pembangunan kekuatan armada laut. Sekaligus bisa membuat kebanggaan nasional karena alutsista TNI-AL kita menjadi lebih lengkap.

Kapal selam tanpa awak itu dibuat di galangan kapal PT PAL. Sangat dirahasiakan. Hanya 15 orang yang tahu. Tiba-tiba saja sudah jadi. Siap diluncurkan.

Kaharuddin adalah doktor perkapalan lulusan Nagasaki Institute (S-1) dan Hiroshima University (S-2 dan S-3). Disertasi doktornya ditulis dalam bahasa Jepang: sistem optimasi desain kapal.

Saat ia lulus doktor, Prof B.J. Habibie sudah tidak lagi menjabat presiden Indonesia. Kaharuddin bertahan di Jepang. Ia diincar oleh perusahaan--perusahaan galangan kapal di Jepang.

Sewaktu diterima bekerja di galangan kapal terbesar di sana, Kaharuddin berterus terang: optimasi yang ia temukan baru di tingkat laboratorium. Masih harus dibuktikan di lapangan. Maka ia minta agar penugasannya di galangan kapal tersebut bisa pindah-pindah ke setiap tahap pembuatan kapal.

Permintaan itu dipenuhi. Kaharuddin bisa mempraktikkan hasil risetnya secara menyeluruh. "Sejak dari A sampai Z," katanya. Hasilnya: pembuatan kapal lebih hemat 14 persen.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan