Garis Kemampuan

Dahlan Iskan bersama owner Dea Bakery, Mulyani Hadiwijaya, saat acara Disway Malang Business Adventure.----

Cara bicara Bu Mul agak khas --menandakan bukan orang Malang. Bunyi 'r' nyi cedal.

"Saya Tionghoa," katanyi.

Campuran?

"Asli. Bapak saya Tionghoa. Ibu saya Tionghoa," katanyi.

Saya pun memperhatikan mata dan wajahnyi.

Saya pun bertanya ke Pak Lurah yang satu meja dengan saya. "Apakah Pak Lurah tahu kalau bu Mul ini Tionghoa?"

"Baru tahu sekarang," katanya.

Saya juga baru tahu kemarin itu. Padahal saya sudah kenal bu Mul delapan tahun lalu. Waktu itu ada forum UMKM.

"Siapa yang sudah pernah merasakan bangkrut?" tanya saya di awal bicara.

Yang angkat tangan banyak sekali. Lebih 20 UMKM.

Lalu pertanyaan saya ubah: siapa yang pernah bangkrut lebih lima kali?

Satu wanita berjilbab angkat tangan. Itulah Bu Mul.

"Sudah pernah bangkrut berapa kali?"

"Delapan kali," katanyi.

Maka kunjungan saya kemarin itu sebenarnya kunjungan kangen-kangenan. Saya tidak menyangka Bu Mul, yang delapan tahun lalu masih UMKM kecil yang belum lama bangkit dari bangkrut ke delapan kalinyi, kini sudah punya pabrik Dea dengan 52 outlet milik sendiri semua.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan