Jangan Ganggu
Dahlan Iskan--
Harus ada kampanye besar-besaran bahwa "pro orang kecil" tidak harus berarti "anti yang besar". Harusnya muncul slogan baru: "Yang kecil dibantu, yang besar dijaga".
Jangan sampai salah tafsir menjadi "Yang kecil dibantu, yang besar dibenci".
Kalau sampai terjadi salah tafsir seperti itu akan berbahaya. Yang besar akan waswas. Tidak tenang. Lalu terjadilah gerakan kabur saja.
Lantas sikap apa yang harus diambil para pengusaha besar?
Pertama: menyadari bahwa cara lama terbukti hanya membuat Indonesia masuk jebakan pendapatan kelas menengah. Cara lama tidak akan bisa membuat Indonesia menjadi negara maju.
Kedua: menyadari bahwa perubahan arah ekonomi memang diperlukan –untuk membuat Indonesia bisa menjadi negara maju.
Ketiga: memahami dan bisa menerima bila pemerintah akan lebih banyak memperhatikan dan membantu pengusaha kecil.
Keempat: menyadari bahwa tanpa bantuan pemerintah pengusaha besar sudah harus bisa berjalan sendiri. Sudah punya modal. Sudah punya network.
Kelima: membantu pemerintah menyukseskan arah baru ekonomi itu.
Tentu para pengusaha besar juga punya keinginan. Keinginan terbesar mereka, saya coba rumuskan dalam satu kalimat seruan ini:
"Kami, para pengusaha besar, tidak perlu dibantu. Bantulah para pengusaha kecil. Tapi kami jangan diganggu!"
Tidak dibantu, tapi jangan diganggu. Itu cukup. Jangan diganggu.
Apakah selama ini pengusaha banyak diganggu? Siapa saja pengganggunya?
Gangguan itu banyak sekali. Sampai taraf menyebalkan. Yang mengganggu juga banyak pihak. Mulai dari yang tidak berbaju, yang berbaju, sampai yang berbaju seragam.
Untuk contoh betapa parahnya gangguan itu, inilah kisah nyata yang saya ketahui. Sengaja yang saya pakai contoh ini adalah seorang pribumi, kiai besar, ulama terkemuka, tokoh berpengaruh, salah satu tim sukses Jokowi.