Generasi Muda Jadi Penggerak Utama Transisi Industri Hijau
Kementerian Perindustrian menilai generasi muda memiliki peranan penting dalam upaya mempercepat transformasi menuju industri hijau yang inklusif dan berkelanjutan.--
KORANOKUTIMURPOS.ID - Kementerian Perindustrian menilai generasi muda memiliki peranan penting dalam upaya mempercepat transformasi menuju industri hijau yang inklusif dan berkelanjutan.
Sebab, mewujudkan industri hijau bukan sekadar urusan teknologi dan regulasi, tetapi juga menyangkut peran aktif generasi muda sebagai katalis perubahan.
“Oleh karena itu, melalui program AIGIS Goes to Campus, kami aktif menjalin kolaborasi dengan akademisi khususnya para mahasiswa. Generasi muda tidak hanya kami ajak sebagai peserta simbolik, melainkan sebagai penggerak utama transisi menuju industri rendah karbon,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (30/7).
Menperin menyampaikan, pihaknya telah menyiapkan berbagai strategi untuk membuka peluang green jobs yang relevan bagi talenta muda Indonesia. Balai Diklat Industri dan sekolah vokasi di bawah naungan Kemenperin terus mengembangkan kurikulum berbasis green competencies, seperti efisiensi energi, teknologi rendah karbon, dan praktik daur ulang.
BACA JUGA:Berawal Dari Proyek Mahasiswa, Kumora Cookies Melejit Jadi UMKM Sukses Berkat Rumah BUMN BRI Jakarta
BACA JUGA:Transaksi Nggak Pakai Lama, QRIS TAP BRImo Solusi Tempel Ponsel ke EDC Langsung Beres Bayar
Di samping itu, program Startup4Industry juga menjadi salah satu inisiatif unggulan Kemenperin untuk mendukung wirausaha muda dalam sektor energi terbarukan, pertanian berkelanjutan, dan ekonomi sirkular. “Melalui program ini, kami mendorong kolaborasi antara startup teknologi dengan industri kecil dan menengah (IKM), serta membuka jalan bagi mereka masuk dalam rantai pasok industri besar,” jelas Agus.
Berikutnya, dalam memperkuat ekosistem keberlanjutan, Kemenperin juga mendorong kolaborasi lintas sektor melalui tiga pilar utama, yakni kebijakan inklusif, ekosistem inovatif, dan partisipasi aktif pemuda. “Pilar-pilar ini menjadi landasan Kemenperin untuk menyusun regulasi ramah lingkungan, membangun kerja sama dengan universitas sebagai inkubator ide keberlanjutan, serta melibatkan pemuda sebagai mitra strategis,” imbuhnya.
Agus pun menguraikan langkah konkret Kemenperin dalam mempercepat adopsi teknologi hijau di sektor industri. “Kami tengah menyusun peta jalan dekarbonisasi untuk sembilan sektor industri prioritas dan membentuk Green Industry Service Company (GISCO) yang berfungsi menghubungkan pelaku industri dengan pembiayaan hijau dan layanan teknologi,” tuturnya.
BACA JUGA:BRI Kembali Gelar Pelatihan Ekspor, Tingkatkan Daya Saing UMKM Tembus Pasar Global
BACA JUGA:BPJPH Resmi Berpisah dari Kementerian Agama
Bahkan, melalui gelaran AIGIS (Annual Indonesia Green Industry Summit) dan Forum Industri Hijau, Kemenperin mempertemukan pemerintah, pelaku industri, akademisi, dan komunitas untuk berbagi praktik terbaik dan memperkuat ekosistem industri hijau.
Pemerintah, lanjut Menperin, tidak mengabaikan komunitas di daerah terpencil dalam menerapkan kebijakan industri hijau. Kemenperin terus mendorong pengembangan industri hijau berbasis potensi lokal, menyediakan pelatihan dan teknologi tepat guna bagi IKM, serta mentransformasi unit layanan daerah menjadi Badan Layanan Umum (BLU) yang lebih responsif terhadap kebutuhan wilayah.
Sementara itu, dalam hal pemanfaatan teknologi digital, Kemenperin terus aktif mendorong penggunaan Internet of Things (IoT), Artificial Intelligence (AI), dan big data untuk efisiensi energi dan pengurangan emisi. Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) juga dikembangkan untuk memonitor emisi gas rumah kaca dan polutan secara digital.