Ibu: oh...
Dan makan ibu pun jadi banyak.
(Saya bahagia melihat ibu makan banyak, sebahagia memenangkan Olimpiade panjat pinang).
Sependek dan semenarik itu satu bab di buku ini. Kokkang selalu menemukan cara agar ibunya mau makan. Juga agar mau keramas. Misalnya di bab berjudul Keramas ini:
Waktunya mandi pagi. Ibu sudah tiga hari tidak mau keramas. Rabutnya sudah bau. Harus menemukan cara agar ibu mau keramas.
Aku: Bu, mau nggak pagi ini jadi duta shampoo yang lain lagi.
Ibu: opo iku (apa itu?)
Aku: ibu keramas dengan shampoo merek ini nanti dapat duit, bisa untuk membeli daster.
Ibu: mosok (benar begitu?)
Aku: iya. Daster ibu kan sudah banyak yang amoh (lusuh berlubang).
Ibu: iyo.
Aku: makanya ibu keramas, nanti dapat uang dari iklan shampo bisa untuk beli daster yang banyak, baru semua.
Ibu: yo wis, ayo, aku dikeramasi.
Setiap kali menemukan cara merayu seperti itu Kokkang berdoa: semoga malaikat tidak mencatat kata-katanya itu sebagai kebohongan.
Tiga jam saya selesaikan buku itu. Lewat Roy, saya pun mencari nomor teleponnya. Lalu mengirim banyak WA padanya. Termasuk minta izin mengutip beberapa isi buku untuk tulisan ini.
Barulah saya mengelilingi lounge business class bandara Istanbul ini. Begitu luasnya.