Salah satu penerima manfaat dari program BPBL, Linda (52), mengaku bahwa selama dua puluh tahun lebih menggunakan lampu templok untuk penerangan rumahnya, sampai atap jerami di rumahnya menghitam karena asap lampu teplok.
"Lampu teplok kek mana kalau malam mau belajar anak-anak berebutan. Senang sekali hatiku karena dulu mau masang (instalasi listrik) pun tak bisa. Sekarang sudah terang," ujar ibu 7 anak ini dengan mata berkaca-kaca.
Sehari-hari Linda dan suaminya menjadi buruh tani musiman untuk menanam kacang tanah, ubi, dan jagung. Ia tak punya biaya untuk memasang listrik sendiri.
Senada dengan Linda, Mareksa Ginting (48), juga belum mampu mengakses listrik sebelum BPBL hadir. Sama seperti Linda, ia pun mengandalkan lampu teplok sebelum lampu LED dipasang di rumahnya.
"Lebih enak pakai lampu (LED) ini, dulu memakai lampu teplok susah sekali dan tidak betah di rumah karena gelap. Sekarang senang sekali, saya ucapkan terima kasih atas bantuan ini," ujar petani palawija ini.
Linda dan Mareksa bersyukur dengan adanya program sambung baru listrik dari Pemerintah. Masyarakat penerima program BPBL akan mendapatkan instalasi listrik rumah berupa 3 titik lampu LED dan 1 kotak kontak, pemeriksanaan dan pengujian instalasi Sertifikat Laik Operasi (SLO), penyambungan ke PLN dan token listrik pertama.