JAKARTA - Gus Baha dengan nama asli KH Bahauddin Nur Salim menjelaskan sisi positif jarang bersedekah tapi sering jajan.
Ternyata kata Gus Baha dalam konsep bersedekah itu tidak hanya sekadar memberikan uang kepada pengemis saja.
Akan tetapi dengan jajan saja kepada para pedagang itu juga sudah termasuk ke dalam kategori bersedekahl.
Bahkan dengan jajan di warung atau pedagang lain dan memberikan keuntungan berapa perak pun sudah termasuk bersedekah lebih sopan ketimbang memberikan uang secara cuma-cuma.
"Penjualnya senang, dagangannya laris dan dia tidak tersinggung. Daripada sedekah Rp2 ribu penerima sedekah ada potensi tersinggung," kata Gus Baha, dikutip pada Jumat, 26 April 2024.
Bagi Gus Baha, bersedekah merupakan bagian dari usaha pengabadian harta yang mana apa diibaratkan apa yang kita tanam maka itulah yang akan kita petik.
"Misalnya, dia (pengusaha) punya uang Rp 1 Miliar, karena dia spekulan atau pedagang rawan bangkrut, disedekahkan ke masjid Rp 50 juta, ya itu yang abadi. Jadi kalau suatu saat bangkrut, dia masih punya uang Rp 50 juta di akhirat," terang Kiai Muda asal Rembang itu.
"Jadi, Nabi mengajari sedekah itu apa? Ya sedekah itu pengabadian uang. Kalau kita kan nggak. Sedekah itu nguras uang. Itu pikiran setan, ndak pikiran orang Islam. Itu cara berikir setan, bukan cara berpikir umat Islam," sambungnya.
Lebih lanjut, Gus Baha mengisahkan suatu peristiwa dimana Siti Aisyah, istri Rasulullah SAW, memberikan jatah makanan Rasulullah kepada orang lain.
"Wahai Aisyah, di mana jatah makananku?" tanya Nabi, seperti yang disampaikan Gus Baha.
"Wahai Rasulullah, tadi ada seseorang yang meminta. Jadi, aku memberikannya. Makanan tersebut habis," jawab Siti Aisyah.
Bagaimana tanggapan Rasulullah SAW terhadap hal ini? "Kamu salah, Aisyah. Yang telah kamu berikan itulah yang sebenarnya masih ada," jawab beliau.
"Wahai Aisyah, di mana jatah makananku?" tanya Nabi, seperti yang diungkapkan oleh Gus Baha.
"Wahai Rasulullah, tadi ada seseorang yang meminta. Jadi, aku memberikannya. Makanan tersebut habis," jawab Siti Aisyah.
Rasulullah SAW kemudian menyampaikan pesannya, "Kamu salah, Aisyah. Yang engkau berikan itulah yang akan kekal."
Beliau menjelaskan, "Harta yang kamu makan nanti akan menjadi kotoran di toilet, atau pakaian mewahmu akan rusak. Namun, bagian dari harta yang engkau sedekahkan itulah yang akan kekal hingga akhirat."
Dalam cerita ini, Rasulullah SAW memberikan pengertian yang mendalam tentang pentingnya sedekah.
Beliau mengajarkan bahwa apa yang kita sumbangkan untuk kebaikan orang lain adalah investasi yang akan membawa kebaikan dan keberkahan abadi di akhirat.
BACA JUGA:Safari Da’wah Ustadz Koko Liem di Masjid Darusallam, Jamaah Membludak
BACA JUGA:Ustadz Muhammad Wujud Kunjungi Yayasan Ilmu Permata Mulya Ma’had Tahfidzul Qur’an Yatim dan Dhuafa
BACA JUGA:Sosok Ustad Wijayanto, Penceramah Kondang Yogyakarta yang Mengisi Tabligh Akbar OKU Timur
Rasulullah juga menekankan bahwa memberikan kepada yang membutuhkan adalah bagian dari ibadah yang akan memberikan hasil yang tidak terukur di dunia maupun di akhirat.(*)