"Jadi, kerbau-kerbau yang kena virus ngorok itu mati begitu saja dan bangkainya dikuburkan. Kalau ngomong rugi ya jelas rugi, dimana 1 ekor kerbau yang ukuran besar bisa dijual Rp25 juta," bebernya.
Wabah virus SE ini menjadi pengingat penting bagi peternak untuk selalu menjaga kesehatan ternak mereka dan menerapkan biosekuriti yang ketat.
Pemerintah pun perlu memberikan dukungan yang lebih maksimal kepada peternak, baik dalam bentuk edukasi, pencegahan, maupun penanggulangan wabah penyakit hewan.
BACA JUGA:4 Cewek Diduga Penjaja Cinta di Bedeng Kuning Indralaya, Diamankan Satpol PP Ogan Ilir
Diberitakan sebelumnya, Ratusan kerbau di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, mati mendadak sejak pertengahan Maret 2024.
Kematian ratusan kerbau di Ogan Komering Ilir (OKI) diduga disebabkan oleh penyakit ngorok, yang merupakan gejala dari virus Septicaemia Epizootica (SE).
Kerbau-Kerbau yang masih hidup dipindahkan dari Dusun Rasau Desa Riding di Sungai Rasau, Kecamatan Pangkalan Lampam, Kabupaten OKI, ke lingkungan rumah di Desa Pulau Layang, Kecamatan Pampangan Kabupaten OKI.
Pemindahan ini dilakukan oleh para peternak sebagai upaya untuk mencegah penularan virus Septicaemia Epizootica (SE) yang telah menyebabkan kematian ratusan kerbau di Ogan Komering Ilir (OKI).
Diungkapkan H Idham, kejadian yang menimpa hewan ternak kerbau di Desa Riding Kecamatan Pangkalan Lampam dan juga Kecamatan Pampangan baru pertama kali seperti ini. Dahulu-dahulu tidak pernah ada hewan ternak mati mendadak.