Apalagi setelah tahu semua kunjungan itu dalam kapasitas Prabowo sebagai menteri pertahanan.
Bahkan saya dengar Prabowo juga segera ke Eropa. Tentu juga ke Timur Tengah --setidaknya ke Yordania bertemu sahabat sejatinya yang berkuasa di sana: Raja Abdullah II.
Justru kunjungan sebagai menteri pertahanan itulah yang membuat posisi Prabowo aman.
Dalam sopan santun pergaulan internasional presiden baru Indonesia harusnya ke Singapura dulu: sebagai tetangga yang baik. Juga sebagai sesama anggota ASEAN. Tapi ini kan sebagai menteri pertahanan. Tidak ada yang bisa dipersoalkan.
Itulah posisi unik Prabowo saat ini: ”menteri rasa presiden”. Ia bisa menyelam sambil menanam rumput laut. Media pun tidak terlalu mempedulikan jabatan resmi Prabowo. Selalu saja menyebut Prabowo sebagai presiden terpilih. Suka-suka media.
Dari Beijing ke Tokyo sungguh bijaksana: bisa mengurangi rasa sensi. Tokyo di situ harus dibaca sekaligus sebagai lambang ”sahabatnya Amerika Serikat”.
Media-media berbahasa Mandarin awalnya agak '’kacau'’ dalam menuliskan nama Prabowo: harus ditulis dengan ejaan bagaimana?
Kebingungan media itu biasa. Prabowo tidak punya nama Mandarin. Awalnya media selalu kacau menuliskan nama seseorang yang belum terkenal.