Kafe Kaifa

Rabu 10 Apr 2024 - 07:30 WIB
Reporter : Admin
Editor : Admin

DISWAY - "Kafe Kaifa di ujung jalan ini," ujar Mas Bajuri, pemilik travel umrah Bakkah. "Sekarang jadi tempat nongkrong favorit  setelah salat Subuh," tambahnya.

Malam sebelumnya saya sudah ke kafe itu. Sendirian. Setelah salat Isya. Tapi saya tidak tahu kalau itu lagi ngetop. Saya juga tidak terlalu memperhatikan kalau tempat itu baru. Saya kesusu cari colokan listrik yang cocok dengan sistem colokan di Arab Saudi. HP saya sudah seperti orang puasa pada jam 16.30 WIB. HP istri sudah dua hari tidak berbuka.

Habis subuh ini saya ke Kafe Kaifa bersama Mas Bajuri dan Mas Choirul Sodiq, dirut Harian Harian Memorandum. Setelah ber-kya-kya beberapa blok sampailah kami di ujung jalan 步行街 ala Madinah itu. 

Di persimpangan jalan  satu blok sebelum blok terakhir mengingatkan saya pada 南京东路 Shanghai. Lalu-lintas mobil boleh memotong jalan utama itu. Di beberapa blok tadi mobil dilarang melintas. Di simpangan satu ini boleh. Mirip di tempat kya-kya Shanghai. 

Setelah menyeberang jalan ini, kami kembali berada di jalan tanpa mobil. Kembali khusus untuk pejalan kaki yang lagi kya-kya. 

"Nah, itu Kafe Kaifa-nya," ujar Mas Bajuri.

Setelah blok terakhir itulah Kafe Kaifa bermula.

Yang mencolok di situ adalah: deretan kios di kanan jalan itu. Kiosnya kecil-kecil. Bajurut. Tanpa sela. Sengaja dijurutakan. Agar satu deret bisa diisi lebih 30 kios.

Meski kios ini kecil-kecil tidak terasa murahan. Desain kiosnya dibuat sangat khusus. Justru berkat desain khusus itu kesannya elite.

Padahal ukuran kios hanya dua meter. Ke dalamnya juga dua meter. Hanya ada satu pelayan di dalamnya. 

Yang bisa dibeli di kios itu memang terbatas. Hanya dua atau tiga item. Tidak ada dapurnya.

Semua jenis makanan kesukaan ada lengkap di deretan kios itu. Masakan Arab, India, Pakistan, Malaysia, Indonesia, Italia, Turki, China, dan segala macam negara. Masing-masing hanya dua atau tiga item. Dipilih yang paling terkenal saja.

Yang masakan Indonesia hanya bakso dan rendang. Yang Malaysia hanya nasi lemak. Yang India roti pratta. Yang Turki Anda sudah bisa menebak: kebab.

Semuanya siap saji. Tidak ada yang masak  di situ. Hanya ada pemanas.

Semua kios bernama: nama negara. Bukan nama kios. Dari sisi Masjid Nabawi nama negara itu ditulis pakai huruf Arab. Dari sisi sebaliknya tulisan latin. 

Kategori :

Terkait

Sabtu 09 Nov 2024 - 11:19 WIB

Tawaduk Thinking

Minggu 29 Sep 2024 - 09:01 WIB

Nasib Kakak

Sabtu 24 Aug 2024 - 11:07 WIB

Sembahyang Rebutan

Sabtu 27 Jul 2024 - 12:32 WIB

260 Disway

Selasa 25 Jun 2024 - 09:22 WIB

Nasihat Murid