Anak autis selalu mengatakan apa pun yang ingin dikatakan. Juga melakukan apa pun yang ingin dilakukan. Karena itulah anak autis tidak bisa diterima oleh lingkungan.
"Untuk bisa bekerja secara tim ternyata orang harus bisa menyimpan sebagian yang sebenarnya ingin dikatakan," katanya pada saya di suatu ketika.
Ryu punya dua orang anak. Saya pun, kemarin, bertanya: apakah anaknya juga autis. "Autis ringan. Mild," katanya.
Ilmu, menurut Ryu berbeda dengan pengetahuan. Ilmu itu harus logis. Harus ada hitung-hitungannya.
Ilmu tidak peduli apakah orang percaya hasil hitungan itu atau tidak. "Ilmu tidak peduli kalau ada yang tidak percaya 2x2 itu 4," katanya.
Maka dalam seminar Mitokondria kemarin itu ditanyakan juga soal Isa/Yesus yang tidak punya ayah. Juga soal posisi keyakinan dalam otak. "Keyakinan itu bukan ilmu, jadi tidak usah dibahas," katanya.
Dengan IQ 78,4, kata Ryu, sulit diharapkan bicara ilmiah. "Dengan IQ di bawah seratus saja masih sulit. Apalagi hanya 78,4," katanya.
Misalnya untuk bisa bicara tentang manusia. Itu harus bicara soal biologi. "Biologi hanya bisa dipahami oleh yang mengerti kimia. Kimia bisa dipahami dari fisika. Itu diperlukan IQ di atas 100," kata Ryu.