Mungkin karena tetap di satu kantor maka perpecahan ini tidak meruncing. Statusnya ''hanya'' runcing. Tidak saling tusuk. Masing-masing hanya sibuk di jalan yang beda. Kubu Yahya fokus di penanganan bencana –karena itulah tema sidang pleno terakhirnya.
Kubu Zulfa terus melakukan silaturahmi ke daerah-daerah. Setelah ke Banten di hari pertama, Kiai Zulfa kemarin ke Jawa Barat.
Tiga tokoh utama di kubu Zulfa memang dikenal punya kelebihan di bidang silaturahmi. Mirip salah satu kelebihan Gus Dur.
Silaturahmi sudah seperti roh dan napas dalam NU. Banyak persoalan rumit di NU bisa diselesaikan lewat silaturahmi. Kiai-kiai utama didatangi satu per satu. Minta sembur dan tidak lupa membawa suwur.
Di NU pasal-pasal AD/ART bisa kalah tinggi dengan silaturahmi. Maka pelanggaran AD/ART dalam penunjukan kiai Zulfa itu akan terehabilitasi lewat silaturahmi.
Dan itu hanya memerlukan waktu tiga bulan.
Berarti tiga bulan lagi akan ada Muktamar NU. Penyelenggaranya: PBNU Zulfa. Sah tidaknya muktamar itu bisa diselesaikan sekalian dalam misi silaturahmi tiga bulan ke depan.
Modal untuk muktamar nanti juga sudah bisa dikumpulkan dalam tiga bulan: modal suara. Dalam tiga bulan ke depan SK-SK pengurus cabang yang selama ini masih tertahan akan diterbitkan dengan tanda tangan Pj Ketua Umum Zulfa, Khatib Aam Moh. Nuh, dan Rais Aam Miftachul Akhyar.
Bagaimana kalau Kubu Yahya juga menyelenggarakan Muktamar tiga bulan mendatang?
Itu bisa terjadi. Ada dua Muktamar NU dalam waktu bersamaan. Semoga lokasinya pun juga di tempat yang sama –seperti dua kubu PBNU di satu kantor sekarang ini.
Acara hari pertama muktamar bisa diisi oleh kubu Yahya. Acara di hari kedua dari kubu Zulfa.
Baru acara di hari ketiga dijadikan satu: pemilihan rais aam dan ketua umum yang baru.
Begitu saja kok repot....(Dahlan Iskan)