Ajak Generasi Muda Jadikan Batik Bagian Dari Gaya Hidup

Sabtu 04 Oct 2025 - 18:59 WIB
Reporter : Claudeo
Editor : Yogi

KORANOKUTIMURPOS.ID - Kementerian Perindustrian bersama Yayasan Batik Indonesia (YBI) terus berupaya menumbuhkembangkan industri batik nasional agar semakin relevan dengan zaman. Tidak hanya dipandang sebagai warisan budaya, batik kini kian diterima generasi muda sebagai bagian dari gaya hidup modern yang penuh kreativitas.

“Batik adalah contoh nyata bagaimana warisan budaya dapat menjadi kekuatan ekonomi. Dengan memperkuat ekosistem batik nasional, kita bukan sekadar menjaga peninggalan leluhur, melainkan juga membangun fondasi ekonomi kreatif berbasis budaya yang mampu bersaing di tingkat global,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam peringatan Hari Batik Nasional (HBN) 2025 di Museum Tekstil Jakarta, Kamis (2/10).

Pernyataan ini semakin terasa nyata ketika melihat bagaimana batik kini hadir bukan hanya di panggung budaya, tetapi juga di keseharian generasi muda.

“Batik kini digunakan oleh generasi muda tidak hanya untuk acara formal, tetapi juga sebagai bagian dari fesyen sehari-hari. Hal ini membuka peluang strategis bagi industri batik untuk menghadirkan desain yang lebih segar, memanfaatkan pemasaran digital, dan menjaga kualitas agar batik semakin dekat dengan gaya hidup modern anak bangsa,” ungkap Menperin.

Fenomena ini menunjukkan bahwa batik tidak kehilangan akarnya, justru semakin relevan dengan makna-makna budaya yang diwariskan turun-temurun. Sejak UNESCO menetapkan batik sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity pada 2009, batik tidak hanya dipandang sebagai kain indah, melainkan sarat makna simbolik: harmoni, keberanian, kesabaran, kebahagiaan, serta harapan akan kehidupan yang lebih baik.

BACA JUGA:Expo Kemandirian Pesantren Meriahkan MQK Internasional di Wajo

BACA JUGA:Optimalkan Sumber Energi EBT, Indonesia Lanjutkan Kerja Sama dengan Swiss

Ekosistem batik nasional juga memberi kontribusi besar terhadap ekonomi. Data Kemenperin mencatat terdapat 5.946 industri batik yang tersebar di lebih dari 200 sentra produksi di 11 provinsi, dengan daya serap sekitar 200 ribu tenaga kerja melalui 47 ribu unit usaha.

“Nilai ekspor batik Triwulan I 2025 mencapai US$ 7,63 juta atau naik 76,2% dibandingkan tahun sebelumnya, dan pada Triwulan II 2025 masih tumbuh dengan capaian US$ 5,09 juta atau naik 27,2% dibandingkan periode sama 2024. Ini adalah kabar baik, tetapi sekaligus menjadi tantangan untuk terus meningkatkan kualitas, inovasi, dan daya saing,” papar Menperin.

Meski cerah, industri batik menghadapi tantangan regenerasi. Berdasarkan data Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI), jumlah perajin batik turun dari 151 ribu orang pada 2020 menjadi sekitar 101 ribu perajin di 2024.

Menjawab hal ini, Kemenperin terus mendorong inovasi dan transformasi. Pemanfaatan teknologi seperti kompor listrik batik, katalog digital pewarna alami, mesin CNC motif digital, serta pengolahan limbah ramah lingkungan mulai diperkenalkan.

Selain itu, program Ditjen IKMA meliputi pelatihan SDM, fasilitasi Indikasi Geografis, penumbuhan wirausaha batik, hingga penerapan teknologi industri 4.0 untuk produksi batik.

Upaya penguatan industri batik ini sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo, khususnya Asta Cita ke-5 yaitu “Mewujudkan kedaulatan ekonomi berbasis keunggulan sumber daya nasional”, serta Asta Cita ke-6 yaitu “Memperkuat budaya bangsa”.

BACA JUGA:Kemenag Kaji Penyesuaian Nomenklatur dan Susun Capaian Pembelajaran Mata Kuliah PAI

BACA JUGA:Indonesia Kiblat Moderasi, Ulama Harus Menjadi Role Model yang Berdampak

Kategori :