KORANOKUTIMURPOS.ID - Direktorat Urusan Agama Islam dan Bina Syariah, Direktorat Jenderal (Ditjen) Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) Kementerian Agama (Kemenag) melibatkan Bank Sampah Digital (BSD) untuk mengedukasi pengelolaan sampah. Edukasi ini dikemas dalam webinar Ecotheology in Action bertema Jamaah Masjid Mengelola Sampah Merawat Lingkungan.
Acara yang berlangsung, Rabu (13/8/2025), menghadirkan narasumber Ketua Yayasan Masjid Jami Al-Ilham, Dukuh Seti, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, KH. Umar Farouq. Giat ini merupakan rangkaian kegiatan Blissful Mawlid Ditjen Bimas Islam, dan didukung oleh Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) Pusat.
CEO Bank Sampah Digital, Desty Eka Putri Sari, menjelaskan, pihaknya telah mendampingi masyarakat selama 5 tahun, termasuk menginisiasi program sedekah sampah di masjid dan musala. “Kami memulai dari pembentukan bank sampah, mengaktifkan kelompok, lalu menggerakkan sedekah sampah. Sampah organik kami optimalkan untuk tanaman di rumah, sementara sampah anorganik kami kelola melalui pencatatan sistem digital,” ujarnya.
Menurut Desty, gerakan sedekah sampah telah memberi manfaat luas. Hasil penjualan sampah dimanfaatkan untuk Tunjangan Hari Raya (THR) khadimat, takmir/marbot masjid, santunan anak yatim, hingga paket sembako janda duafa. “Tahun lalu, kami juga menyalurkan 24.000 liter air ke wilayah kering di Serang Utara, termasuk ke daerah Pontang, Tirtayasa, Tanara tempat kelahiran Syekh Nawawi al-Bantani,” ungkapnya.
BACA JUGA:Menag dan Tokoh Lintas Agama Ikuti Gerak Jalan Kerukunan
BACA JUGA:Suguhkan Atraksi Budaya Nusantara di Perayaan HUT ke-80 RI
Saat ini, BSD memiliki 4.900 nasabah aktif yang rutin menabung sampah. Program ini juga menghasilkan 1.033 paket sembako dan beasiswa pendidikan anak yatim dari hasil pengelolaan limbah. “Kami memastikan semua manfaat itu langsung diterima masyarakat yang menjadi nasabah,” tambahnya.
Tak hanya pengelolaan sampah, BSD juga mengembangkan modal usaha bergulir tanpa riba. Desty mengisahkan, program ini bermula pada 2021 dengan modal hanya Rp7 juta. “Awalnya 17 penerima manfaat, kini sudah 109 orang. Cicilannya cukup dengan menabung sampah, tanpa agunan dan tanpa bunga,” jelasnya.
Model ini, kata Desty, sekaligus menjadi mitigasi terhadap pinjaman online dan bank keliling. “Kuncinya kepercayaan. Semua berjalan karena amanah,” ujarnya. Ia menegaskan, modal usaha bergulir dapat diakses masyarakat cukup dengan konsisten menabung sampah.
BSD juga menginisiasi “Wirawaste”, gerakan kafe sadar lingkungan di Serang Raya. Program ini mendorong pemilik kafe untuk memperhatikan pengelolaan sampah, sekaligus mengajak pengunjung agar gaya hidup mereka selaras dengan kepedulian lingkungan.
BACA JUGA:Dari Dapur Rumah ke Etalase Bandara, Ini Kisah Sukses UMKM Bersama Rumah BUMN Binaan BRI
BACA JUGA:Sabrina BRI Jadi Solusi Cari Tempat Nongkrong Hits dan Asyik Terdekat
Selain itu, BSD memfasilitasi pelatihan pengemasan produk dan promosi digital bagi jemaah masjid yang memiliki usaha rumahan, seperti gorengan dan gado-gado. “Banyak ibu-ibu belum tahu cara memasarkan secara luas, jadi kami bantu desain kemasan dan promosinya,” kata Desty.
BSD juga memanfaatkan sampah non-organik yang tidak bisa ditimbang dengan mengolahnya menjadi eco-brick dan dan bentuk kriya lainnya. Hal ini, menurutnya, menambah nilai guna sampah sekaligus mengurangi beban TPA.
“Intinya, kami ingin menggerakkan masjid sebagai pusat gerakan lingkungan melalui aktivasi para jama'ah Masjid. Sampah bukan sekadar limbah, tapi sumber daya untuk kesejahteraan jamaah,” pungkas Desty.