“Teknologi di sini bukan berarti mengabaikan desain batik itu sendiri, tetapi lebih kepada percepatan proses produksi. Karena itu, kita dorong penggunaan teknologi tanpa meninggalkan nilai artistik batik,” jelasnya.
Menperin menambahkan, kinerja ekspor batik pada triwulan I tahun 2025 mencatatkan nilai sebesar USD7,63 juta atau naik 76,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024 sebesar USD4,33 juta. Berdasarkan Direktori Sentra BPS tahun 2020, pelaku industri batik di Indonesia berjumlah sekitar 5.946 industri dan 200 sentra IKM yang tersebar di 11 provinsi.
“Data tersebut semakin menegaskan bahwa batik berperan besar dalam ekonomi Indonesia dan menjadi sumber mata pencaharian khalayak banyak,” ujarnya. Oleh karena itu, Kemenperin proaktif memacu pengembangan industri batik agar semakin produktif, inovatif, dan kompetitif.
BACA JUGA:Madrasah Diminta Identifikasi Hambatan Belajar Siswa dan Terapkan Pembelajaran Diferensiatif
BACA JUGA:Fasilitasi Geopark Kaldera Toba Raih Kembali Green Card UNESCO
Dengan semangat ini, Menperin berharap batik tidak hanya menjadi warisan yang dilestarikan, tetapi juga kekuatan ekonomi yang dapat mengangkat kesejahteraan masyarakat dan memperkuat identitas Indonesia di mata dunia. “Batik itu keren. Batik itu cool. Mari kita pakai dengan bangga,” tutup Menperin.