Miskin Bermartabat

Selasa 25 Feb 2025 - 10:38 WIB
Reporter : Yogi
Editor : Yogi

Saya pun masuk ke bangunan berkubah. Lima orang bersorban mengiringi saya. Salah satunya adalah kiai di masjid Negash, sekaligus penanggung jawab makam. Umurnya sudah 82 tahun. Salah satu putranya menjadi pemandu wisata lokal di situ.

Gus pemandu ini memberi banyak penjelasan. Sama persis dengan yang ada di internet.

Perusuh seperti Agus Suryo pasti sudah menyiapkan komentar siapa yang dimakamkan di gedung berkubah itu. Juga siapa saja yang namanya ditulis di semua prasasti itu. Saya tidak perlu mendahuluinya.

Yang Suryo pasti tidak bisa menulis  adalah: bagaimana bentuk dan keadaan nisan di makam utama itu.

Saya juga tidak bisa menuliskannya.

Nisan itu sedang ditutup terpal. Di sekujur nisannya yang panjaaaaang sekali. Sekitar tiga kali lipat lebih panjang dari nisan sultan Raden Patah di samping masjid Agung Demak.

Di dalam bangunan itu juga penuh dengan andang --scaffolding. Beberapa orang bekerja di atas andang itu. Bersih-bersih. Mengecat.

Kiai sepuh itu pun memimpin doa. Pendek. Sambil berdiri. Tidak ada kekhusukan seperti di makam Gus Dur di Tebuireng, Jombang.

Keluar dari makam lebih banyak lagi yang mengerubung. Juga para wanita. Anak-anak.

Lalu saya lihat dua lelaki perlente masuk ke makam. Gagah. Berjas. Berdasi. Wajahnya seperti keturunan Arab.

"Assalamu alaikum," sapanya. "Kami dari Toronto".

"Kanada?”

"Yes".

Kami pun ngobrol sambil berdiri. Tidak ada tempat duduk. Tidak ada gasebo. Tidak ada tempat berteduh.

"Kami lahir di desa ini. Besar di Addis Ababa. Sekarang tinggal di Toronto".

"Sering ke sini?"

Kategori :

Terkait

Selasa 25 Feb 2025 - 10:38 WIB

Miskin Bermartabat

Sabtu 22 Feb 2025 - 10:07 WIB

Solek Cleopatra

Rabu 05 Feb 2025 - 10:57 WIB

Kompor Bahlil

Kamis 30 Jan 2025 - 09:00 WIB

Makian DeLiang