Gaungkan Transisi Energi, Kementerian ESDM Gelar Forum Bersama
Informasi terkait regulasi hingga capaian dalam mewujudkan Net Zero Emission (NZE) tahun 2060 perlu terus digaungkan kepada publik, dan salah satunya dilaksanakan melalui kolaborasi dengan berbagai pihak.--
KORANOKUTIMURPOS.ID - Transisi energi menjadi salah satu kebijakan Pemerintah yang saat ini menjadi prioritas dan pencapaiannya perlu didukung oleh berbagai pihak, termasuk masyarakat.
Informasi terkait regulasi hingga capaian dalam mewujudkan Net Zero Emission (NZE) tahun 2060 perlu terus digaungkan kepada publik, dan salah satunya dilaksanakan melalui kolaborasi dengan berbagai pihak.
Hal tersebut disampaikan oleh Staf Ahli Menteri ESDM Bidang Ekonomi Sumber Daya Alam (ESDA) Lana Saria pada Forum Tematis Badan Koordinasi Hubungan Masyarakat (Bakohumas) dengan tema "Cirata Mendunia: Membangun Reputasi Global Kejar Target Net Zero Emission".
Saat ini, menurut Lana, Pemerintah terus berupaya dalam mengakselerasi transisi energi di Indonesia dengan mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan memanfaatkan energi terbarukan, salah satunya air.
Indonesia memiliki potensi energi air yang sangat besar dengan total potensi mencapai 89,37 GW yang tersebar di 293 lokasi. Adapun potensi di bendungan yang mencapai 14.701,71 MW di 257 lokasi.
BACA JUGA:Sandiaga Uno Optimistis Minat Berwisata Masyarakat Masih Tetap Tinggi
"Salah satu contoh nyatanya adalah Pembangunan PLTS Terapung Cirata sebagai PLTS terbesar se-Asia Tenggara dan terbesar ketiga di dunia. PLTS ini dibangun di atas Waduk Cirata seluas 200 hektare yang berlokasi di tiga kabupaten, yakni Purwakarta, Cianjur, dan Bandung Barat. Mempunyai kapasitas 145 MW Ac atau setara 192 MWp, dan terdiri dari 13 pulau dengan total luasan panel surya sekitar 130 hektare," jelas Lana di Bandung.
Selain itu, potensi air di danau-danau seluruh Indonesia juga memiliki cadangan energi yang besar. Tercatat total potensi energi dari danau sebesar 74.665,25 MW di 36 lokasi. Lana menyampaikan, bahwa Indonesia masih memiliki peluang yang sangat besar untuk meningkatkan pemanfaatan sumber daya air sebagai bagian dari transisi energi bersih yang sedang diupayakan.
"PLTS menjadi salah satu contoh proyek energi terbarukan yang penting di Indonesia, karena mencerminkan pergeseran menuju sumber energi bersih dan berkelanjutan dalam upaya mengatasi perubahan iklim dan masalah lingkungan," ucapnya.
Selain pembangunan infrastruktur, Lana menyampaikan, Pemerintah Indonesia juga menjalin kerja sama dengan berbagai negara untuk mewujudkan ambisi transisi energi.
BACA JUGA:Industri Kelapa Sawit Berkomitmen Capai Net Zero Emission hingga Tingkatkan Nilai Tambah Ekspor
Baru-baru ini, dilaksanakan Asia Zero Emission Community (AZEC) 2nd Ministerial Meeting, yang merupakan bagian dari inisiatif pengurangan emisi negara-negara di kawasan Asia dan Australia, serta The 7th Indonesia China Energy Forum (ICEF). Kedua gelaran besar ini mengusung energi bersih sebagai fokus pembahasan.
Target mencapai NZE 2060 ini, imbuh Lana, bukannya tanpa tantangan. Pengurangan emisi dari pembangkit listrik, pensiun dini PLTU, hingga optimalisasi sumber energi baru dan terbarukan, menjadi tantangan program ini.
"Untuk mengatasi tantangan-tantangan itu, Pemerintah telah menetapkan rencana untuk pengembangan 367 gigawatt (GW) pembangkit listrik EBT pada tahun 2060. Kapasitas PLTS akan menjadi 115 GW, pembangkit listrik terbesar, diikuti oleh PLTA (46 GW), PLT Amonia (41 GW), dan PLTB (37 GW). Selain itu, tidak ada tambahan pembangkit listrik batu bara setelah tahun 2030, kecuali yang sedang dalam tahap konstruksi," tandas Lana.