Politik Ular

Ilustrasi catatan Dahlan Iskan --

Hasto diberitakan sudah mengumpulkan sejumlah bukti dan video. Akan dibongkar. Bukti itu tidak akan bisa dilenyapkan. Katanya: sudah disimpan oleh wanita vokal yang kini tinggal di Rusia. Anda sudah tahu siapa dia: Connie Rahakundini Bakrie --tidak ada hubungan dengan keluarga Aburizal Bakrie.

Hasto sendiri sudah siap dengan risiko apa pun, termasuk masuk penjara. Ia akan terus menegakkan kebenaran dan keadilan. Ia membandingkannya dengan masuk penjaranya Bung Karno.

Rupanya Hasto "membelokkan" kasusnya ke perjuangan partai seperti Bung Karno saat membela partai yang ia dirikan: PNI --Partai Nasional Indonesia, kelak menjelma menjadi PDI dan lantas PDI-Perjuangan.

Hasto terlihat membawa perkaranya ini menjadi perkara partai. Bukan perkara pribadi. Berarti Hasto akan satu barisan dengan partai dalam menghadapi perkaranya.

KPK sendiri sudah mengisyaratkan akan memanggil Megawati sebagai saksi. Tentu ini langkah yang sangat sensitif --bagi partai itu.

Sekjen dan ketua umum harus diperiksa KPK. Masih ditambah satu ketua lagi yang juga mantan menteri hukum dan HAM: Yasonna Laoly.

Lepas Megawati dan Yasonna belum tentu jadi tersangka, tapi martabat partai sudah terganggu. Martabat. Bukan legal-formal. Martabat bisa lebih penting dari legal formal.

Martabat bisa segala-galanya. Apalagi terjadi menjelang Kongres PDI-Perjuangan: bisa-bisa kongresnya ditunda. Apalagi kalau ada indikasi kongres itu akan jebol oleh intervensi.

Harapan tahun ular jadi tahun ekonomi ternyata kalah lagi oleh politik. Sebenarnya itu politik satu kandang. Kandang banteng. Tapi saling seruduknya seperti dua banteng yang saling terluka. Ular pun menyisih ke luar kandang.(Dahlan Iskan)

 

Tag
Share