Uang Suara
Catatan dahlan Iskan--
Terlalu sulit bagi saya untuk menarik kesimpulan: siapa dalang pencetakan uang palsu yang fenomenal di Makassar itu.
"Fenomenal" terutama karena dilakukannya di gedung perpustakaan sebuah universitas Islam terkemuka di Makassar: UIN Sultan Alauddin.
Benarkah kepala Perpustakaan UIN itu, Dr Andi Ibrahim, dalangnya? Dari mana sarjana ahli agama ini juga ahli dalam seluk-beluk teknik pencetakan uang?
Ia memang seorang ilmuwan. Lulusan UIN Makassar, Malang dan Universitas Indonesia, Jakarta. Lalu berkarier sebagai dosen agama. Karier tertingginya adalah wakil dekan fakuktas Adab dan Humaniora.
Di UIN Alauddin fakultas ini memiliki empat jurusan: bahasa dan sastra Arab, sejarah dan peradaban Islam, bahasa dan sastra Inggris, dan ilmu perpustakaan.
Mencetak uang palsu bukan salah satu dari jurusan itu. Lebih sulit dari sastra Arab.
Saya ragu AI (bukan artificial intelligent) punya keahlian di situ. Memang Andi Ibrahim punya ambisi untuk jadi kepala daerah. AI pernah berusaha mendekati partai politik di Barru, daerah asalnya. AI ingin jadi bupati Barru.
Barru adalah kabupaten yang telaknya di utara Makassar. Di pertengahan antara Makassar dan Mamuju. Di pantai Selat Makassar. Sebelum kota Pare-pare. Di Barru, AI lahir di Desa Lawallu, Kecamatan Soppeng Riaja.
Memang ada keterangan polisi: AI mencetak uang palsu antara lain untuk biaya ikut Pilkada. Rupanya AI ingin ”membeli suara” dengan uang palsu. Toh pemilih tidak sungguh-sungguh ingin memilihnya. Dan ia juga tidak sungguh-sungguh memberi uang beneran kepada mereka. Suara palsu dibeli dengan uang palsu.
Tapi tidak ada partai yang mau mengusung AI. Konon dari sinilah soal uang palsu itu mulai diketahui. Dana untuk pelicin partai ternyata palsu.
Tapi ada juga laporan masuk ke polisi: seseorang membayar cicilan sepeda motor dengan uang palsu. Jumlahnya Rp 500.000. Lima lembar kertas merah. Usut-punya-usut unjung uang palsu itu di perpustakaan UIN Alauddin.
Lokasi persis pembuatannya adalah di lantai tiga gedung perpustakaan itu. Bagi Anda yang pernah ke UIN letak perpustakaan itu sendiri dekat fakultas Adab yang AI pernah jadi wakil dekannya.
Nama perpustakaan ini: Perpustakaan Maulana Syekh Yusuf, nama ulama terkemuka Makassar yang berdakwah sampai Afrika Selatan --wafat di sana.
Di lantai tiga perpustakaan itulah mesin cetak uang palsu itu dipasang. Di berita media disebutkan: mesin itu canggih sekali. Buatan Tiongkok. Seharga Rp 600 juta.