Perusuh Bocor

Catatan dahlan Iskan--

Siangnya saya lihat banyak kulit rambutan berserakan –tanpa saya menuduhnya melakukan pruning sekalian merasakan rambutannya.

Malam itu saya sendiri, bersama istri, tidur di rumah tipe desa di seberang jauh rumah bambu.

Sebenarnya saya menginginkan hidup berdua di rumah bambu itu. Istri tidak mau. Dia takut rumahnya roboh ditiup angin. Dia pilih di rumah lama, rumah asli desa ini.

Istri saya juga tidak ikut senam. Ia sibuk di dapur. Dapurnya di bagian belakang kolong Rumah Manado.

Di depan dapur itu kolong rumahnya terbuka. Ada tiga meja besar nan panjang. Tempat duduknya dingklik kayu.

Tiga-tiganya, pagi-pagi, sudah penuh dengan makanan.

Ada perusuh yang menghitung: 12 jenis masakan. Si Galuh Banjar memang bangun pukul 03.00: menyiapkan semua menu itu.

Saya lihat banyak yang memotretnya sebelum memakannya. Mungkin baik juga kalau foto itu di-share di kolom komentar.

Inilah daftar makanan yang masih saya ingat: gule kambing, sayur asam, terong goreng, woku kepala ikan, sambal selayah besar, pecel lele, dadar jagung, tempe goreng, bandeng krispi.

Itu menu untuk sarapan! Dan hanya untuk 12 orang perusuh yang tersisa: lima dari Jakarta, dua dari Ketapang, Kalbar. Satu dari Kuala Lumpur. Satu dari Blitar. Satu dari Gresik.

Maka selesai senam, kami menyerbu meja panjang itu. "Senam tadi berhasil membuang 300 kalori. Lihat makanan ini bisa naik 1000 kalori," celetuk Nicky.

Setelah sarapan mereka pun berkomentar. "Lain kali tidak usah di hotel. Di sini saja. Jauh lebih nyaman," ujar mereka.

Tentu DIC Farm tidak cukup kalau untuk 40 orang. Kecuali di musim kemarau nanti kebocoran sudah bisa diperbaiki: bisa untuk 10 orang.

Lantai atas rumah bambu itu sendiri sebenarnya menawarkan pemandangan sawah dan gunung yang indah.

Ada juga pemandangan kandang usaha ternak ayam yang agak kumuh. Terlihat juga sungai curam yang berbatu. Setiap saat suara airnya gemuruh –dan di malam hari terasa lebih menderu.

Tag
Share