Mampir Guyon

Catatan dahlan Iskan--

Caranya: sang ibu terus dipancing dengan pertanyaan-pertanyaan yang diberi sedikit kisi-kisi. Dari hari ke hari. Terus dipancing.

Lama-lama Kokkang justru tahu ibunya pernah bertengkar dengan siapa saja. Maka Kokkang mengajak ibunya untuk bertemu orang-orang itu. Untuk minta maaf. Mau. Termasuk ketika diajak ke adik ipar yang di masa lalu pernah dia damprat. Lalu sang ibu mau minta maaf.

Termasuk soal utang-piutang. Kokkang berhasil memancing ingatan ibunya: punya utang kepada siapa saja. Ternyata sang ibu ingat pernah utang kalung emas ke salah satu keluarga.

Kokkang pun membeli kalung senilai utang itu. Lalu mengajak ibunya untuk menyerahkan kalung itu sebagai pembayaran utang.

"Ada juga utang ke warung-warung. Ibu pernah ambil belanjaan yang belum dibayar," ujar Kokkang.

Kepada anak yang masih satu rumah dengan ibunya yang sudah tua, Kokkang punya saran: jangan mengajak bicara orang yang sudah tua dari jarak jauh.

Orang tua itu penglihatannya sudah kurang. Juga pendengaran. Kalau diajak bicara dari jauh pikirannya bertanya-tanya: siapa yang lagi bicara itu. Lalu bicara apa. Semua tidak jelas. Muncullah emosi. Itu menambah parah orang tua.

Emosi itu bahaya kalau datang saat lagi makan. Makanan yang sudah masuk mulut bisa disemburkan. Kokkang berkali-kali kena semburan di wajahnya.

Sejak itu muncul ide: memberikan cerita di balik makanan yang akan disuapkan. Misalnya kenapa kurang gurih –akibat dikuranginya garam dan bumbu masak.

Jangan pernah bilang bahwa garamnya sengaja dikurangi. Atau sengaja tidak pakai bumbu masak. Sebut saja ''pemerintah lagi melakukan operasi garam'' atau sebangsanya.

"Anda kan sudah hampir lima tahun hanya merawat ibunda. Dari mana uang untuk hidup?"

"Makan tabungan yang kian menipis," katanya. "Saya mau jual rumah yang di Surabaya."

Rumah itu di dekat Krian. Di kampung. Luas tanahnya 8 x 12 meter. Itu dulu ia beli lewat KPR. Masih belum lunas. Masih harus nyicil tiga tahun lagi.

"Tidak menyesal berhenti dari Jawa Pos?”

"Sama sekali tidak. Saya merasa bahagia bisa merawat ibu," katanya. "Saya justru menyesal tidak berhenti lebih awal agar sempat merawat almarhum bapak," tambahnya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan