Antibiotika: Harus Sesuai dengan Resep dokter

Foto: Nett - Ilustrasi--

 

Bagi pasien yang mengalami infeksi akibat resistensi obat antibiotika, penanganannya harus dilakukan dengan tepat. Kondisi dan gejala pasien akan menjadi pertimbangan apakah diperlukan perawatan di rumah sakit atau tidak.

 

“Dirawat di rumah sakit atau tidak, tergantung kondisi pasien. Biasanya memang benar, pasien dikatakan resisten karena gejalanya sudah berat, disuntik obat A tidak mempan. Faktor lainnya, karena tidak dilakukan uji kultur,” terang Juru Bicara Mohammad Syahril.

 

“Idealnya, pasien yang sudah resisten harus melakukan uji kultur. Proses ini agak lama, sekitar dua mingguan pemeriksaannya.”

 

Syahril menambahkan, penyakit infeksi, termasuk infeksi akibat resistensi obat antibiotika, dapat menular. Oleh karena itu, pasien yang dirawat harus diisolasi agar tidak bercampur dengan pasien lain yang mengalami penyakit berbeda, seperti diabetes atau kanker.

 

“Tidak boleh tercampur. Pasien infeksi harus sekelompok dengan pasien infeksi lain, harus sama-sama diisolasi. Kalau bakteri resisten di dalam tubuh pasien sendiri, maka gejalanya akan menjadi berat dan juga sangat menulari, misalnya, tuberkulosis (TB),” tambahnya.

 

“Apabila bakteri TB resisten terhadap obat antibiotika, tentunya bahaya buat pasien itu sendiri. Dia harus minum obat oral dan suntik dalam jangka waktu yang lebih panjang. Lalu, bakterinya jauh lebih berbahaya dan menular kepada orang lain daripada (bakteri) yang tidak resisten.” 

 

Oleh karena itu, Syahril kembali mengingatkan agar para dokter tidak terlalu cepat memberikan obat antibiotika kepada pasien. Tindakan itu dapat menjadi salah satu penyebab utama resistensi obat.

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan