Makan Tuan
Foto: dok Disway - Dahlan Iskan--
Ia mengelak Kijang itu sebagai simbol kesederhanaan. "Kursi tengahnya enak untuk tidur," selorohnya.
Amien lahir di Gondang Legi, selatan Malang, tapi lulus SMA di SMAN 1 Semarang. Ayahnya tentara. Pindah-pindah. Terakhir berpangkat letnan kolonel.
Dari SMA Amien dapat beasiswa kuliah di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). Pekerjaan pertamanya adalah menjadi asisten dosen di situ. Lalu kuliah lagi jadi akuntan.
"Sebenarnya saya tidak suka akuntansi. Apalagi setelah tahu di kemudian hari. Akutansi itu omong kosong," katanya.
BACA JUGA:Ambeien Bukan
Setelah jadi akuntan Amien ditempatkan di kementerian keuangan. Tugasnya memeriksa pajak. Lalu ambil S-2 di Georgia State University, di Amerika.
Pulang dari Amerika itulah ia ditempatkan di BPKP (Badan Pemeriksa Keuangan Pembangunan). "Kalau terus di sana saya bisa jadi eselon satu. Karier saya bagus sekali," katanya.
Amien pilih berhenti. Umurnya, saat itu, baru 40 tahun.
Ia merasa bekerja di BPKP tidak banyak bermanfaat. Kontribusinya untuk negara kecil sekali. Ia punya pemikiran sangat ideal: untuk memperbaiki negara harus memperbaiki kementerian-kementerian. Untuk memperbaiki kementerian, BPKP harus dibubarkan.
Amienlah orang BPKP yang ingin BPKP dibubarkan.
Akhirnya Amien bekerja di perusahaan keuangan internasional: PwC. Saat itulah KPK dibentuk. Mencari pimpinan. "Pimpinan saya di PwC yang mendorong saya untuk kendaftar ke KPK," katanya.
Amien pernah berjuang agar strategi pemberantasan korupsi diubah ke suap-menyuap. Tapi para jaksa di KPK tidak mau. Pernah ia paksakan: dalam kasus ketua KPU. Berhasil.
BACA JUGA:Berani Mati
Saya pun sampai pada inti pertanyaan: mengapa mereka tidak mau fokus ke suap-menyuap.
Awalnya agak sulit mendapatkan jawaban yang to the point. Tapi akhirnya Amien berkata: kalau fokusnya beralih ke suap menyuap akan terjadi senjata makan tuan.(Dahlan Iskan)