Ubah Batu
Foto : FB - Dahlan Iskan--
Sugijono adalah tentara yang tegak lurus. Pandangan matanya tajam. Diam. Sulit tersenyum. Ketika bertugas di Manado mata tajam itu berhasil menggaet gadis Minahasa. Eddy Rumpoko adalah anak pertama mereka.
Sugijono juga penggagas berdirinya Batalyon 507/Sikatan (sekarang Batalyon 500/Raiders, Red) –pasukan pemukul Kodam V/ Brawijaya. Pangkat terakhirnya: Brigjen. Jabatan terakhirnya: Wagub Papua.
Saat bertugas di Timor Timur Sugijono mengangkat anak Thomas Americo. Saat di Papua Sugijono melahirkan begitu banyak pemain sepak bola Papua.
Eddy Rumpoko mewarisi jiwa jagoan bapaknya. Eddy aktif di berbagai organisasi: sepak bola, tinju, renang, Kadin, Hipmi, Pemuda Panca Marga, FKPPI, AMPI, sampai ke Pemuda Pancasila. Ia ketua Pemuda Pancasila Jatim.
Partainya: PDI-Perjuangan. Eddy adalah salah satu dari beberapa kepala daerah yang berprestasi dari PDI-Perjuangan: Banyuwangi, Surabaya, Kulonprogo, Semarang. Rasanya belum ada partai lain yang punya kepala daerah sehebat mereka.
Eddy-lah yang mengubah kota Batu. Dari kota kebun tradisional menjadi kota wisata yang jadi buah bibir. Rakyat Batu mengakui itu. Mereka sampai pada tingkat memuja Eddy.
Istrinya sebenarnya berhasil mempertahankannya.
Tapi melihat nasib suami berakhir di bui, Dewanti tidak mau lagi maju untuk periode kedua nanti.
Dari rumah duka saya tidak menyusul ke masjid. Bisa jadi jenazah sudah berangkat ke makam ketika saya tiba di masjid. Hujan turun dengan lebatnya. Saya memutuskan langsung ke makam. Mencegat jenazah di sana.
Saya melarang istri turun dari mobil. Tidak usah ikut ke makam. Hujan luar biasa derasnya. Payung hanya satu. Lebih baik saya pakai sendiri.
Ada dua tenda di dekat liang lahat. Besar dan kecil. Tenda kecil tepat di atas liang lahat. Tenda besar berjarak 10 meter. Dua-duanya penuh dengan orang yang takut kuyup.
Saya pilih di bawah tenda besar. Penuh. Berjejal. Semua takut tempias. Tidak mungkin bisa menyalami istri maupun ibu almarhum.
Saat lagi mencari kesempatan menyapa keluarga, seseorang menarik saya: harus pindah ke tenda kecil. Jenazah sudah akan tiba.
Maka di bawah hujan lebat jenazah masuk area makam. Sejumlah tentara baret hijau mengusungnya. Membawanya ke liang lahat. Bendera besar merah-putih menaungi jenazah di saat memasuki rumah masa depan.
Ketika tanah selesai ditimbunkan istri dan anak-anaknya diminta mendekat makam. Jadilah saya bersama mereka. Saling sapa. Saya ucapkan pula kalimat duka. Mungkin tidak terdengar seberapa. Kalah dengan air hujan yang begitu gemuruhnya.