Gembala Sudung
----
Dari seluruh objek wisata di kawasan Danau Toba inilah yang terbaik: Patung Yesus tertinggi di dunia. Lokasinya di Sibea-bea, Kabupaten Samosir. Bisa disebut wisata Bukit Sibea-bea. Atau pantai Sibea-bea.
Saya ke sana di hari Natal 25 Desember lalu. Itu tanggal baik juga bagi NU: hari itu kisruh di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) berakhir. Kedua belah pihak setuju islah. Lokasi islahnya bukan di Sibea-bea, tapi di Pondok Pesantren ''bintang sembilan'' Lirboyo, Kediri.
Dalam perjalanan pulang dari Sibea-bea saya hubungi Sudung Situmorang –pemrakarsapatung Yesus itu. Pujian tinggi saya berikan kepadanya. Bukan hanya ''tertinggi''-nya, melainkan juga kualitas objek wisata ini secara keseluruhan: sekelas bintang lima.
Bandingkan dengan objek-objek wisata di seputar Danau Toba lainnya. Umumnya hanya kelas lokal. Bahkan sangat lokal. Tentu saya sudah mengunjungi banyak objek wisata di sana. Di semua sisinya. Itu tidak mudah. Panjang Danau Toba lebih 100 km. Lebarnya lebih 30 km. Saya sudah memutari danau itu. Sebagian di bibir danau, sebagian agak menjauh dari danau. Tidak seluruh bibir danau terhubung dengan jalan. Bibir danau yang masuk Kabupaten Dairi misalnya, tidak tersambung jalan dengan bibir danau di Kabupaten Samosir. Tujuh kabupaten di Sumut sama-sama memiliki bibir Danau Toba –saking besarnya danau.
Objek wisata patung Yesus Sibea-bea ditata dengan kualitas tinggi. Selera desainnya sangat internasional. Jenis tanaman dan pilihan bunganya sangat tepat. Pokoknya: Anda harus ke sana. Biar pun Anda bukan Kristen atau Katolik.
Masalahnya satu: sulitnya akses menuju Bukit Sibea-bea. Serba jauh. Saya berangkat dari Sidikalang –setelah ikut merayakan Natal di ibu kota Dairi itu. Dari Sidikalang hanya perlu dua jam perjalanan mobil. Tapi dari Medan ke Sidikalang saya harus menempuhnya selama lima jam.
Memang bisa lewat Medan-Siantar (sudah ada tol). Tapi dari Siantar ke Toba harus lewat jalan yang amat sempit dan padat. Lalu naik kapal ke pulau Samosir. Di pulau Samosir naik mobil dua jam menuju ujung lain pulau Samosir: Tano Ponggol. Di kelurahan Siogong-ogongini sudah ada jembatan. Baru. Membentang indah dan tinggi di atas air danau Toba. Lalu menuju Bukit Sibea-bea.
"Rumah saya 100 meter dari patung itu," ujar Sudung, pensiunan kepala Kejaksaan Tinggi Jakarta. Kini Sudung menjabat komisaris utama salah satu anak perusahaan Pertamina.
Sudung sekolah SD di Sibea-bea. Sebelum berangkat sekolah ia harus melepaskan 10 sapi milik ayahnya ke padang rumput. Tanpa baju, celana, dan alas kaki. Sorenya, ia harus mencari sapi itu ke sana kemari. Sapi tidak berkoloni. Begitu dilepaskan memencarberjauhan.
Ia lantas masuk SMA Katolik Santo Mikhael Pangururan. Masuk asrama. Kini Pangururan menjadi ibu kota Kabupaten Samosir.
Sudung sekeluarga memang Katolik. Tapi begitu kuliah hukum di Unkris Jakarta, ia bergabung dengan teman-temannya di Protestan. Apalagi istrinya juga Kristen.
Itu tidak menjadi hambatan ketika Sudung ingin agar patung Yesus tersebut bisa diresmikan oleh pemimpin tertinggi Katolik dunia, Sri Paus. Yakni saat Paus Fransiskus ke Indonesia tahun lalu.
Sudung menghubungi uskup di Medan, Uskup Cornelius Sipayung. Uskup lantas mengurus semuanya ke Kedutaan Besar Vatikan di Jakarta.
Uskup Sipayung sendiri diam-diam melakukan perjalanan ke Sibea-bea. Mengecek langsung. Jangan sampai tidak sesuai dengan usulan. Bahkan sampai tiga kali ke Sibea-bea.