Hati Robot

Berfoto dengan para dokter dan perawat sebelum meninggalkan RS Persahabatan Beijing.----

Berfoto dengan para dokter dan perawat sebelum meninggalkan RS Persahabatan Beijing.--

Hari transplant pun tiba: Jumat. Pukul 08.00, Nisa, sang istri, dibawa lebih dulu ke ruang operasi. Hatinyi akan diambil separo untuk menyelamatkan nyawa suami.

Dua jam kemudian giliran suami dibawa ke ruang operasi. Jalannya operasi diperkirakan sampai sembilan jam. Berarti sampai malam hari. Nyatanya lebih dari 10 jam.

Pukul 22.00 baru ada kabar. Nisa sudah dibawa ke ICCU. Sang suami, Mas Olik, masih di ruang operasi.

Pukul 23.00 belum juga ada kabar. Sudah lebih 11 jam. Baru pukul 24.00 ada kabar: operasi pemasangan hati istri ke tubuh suami sudah selesai. Sebentar lagi dibawa ke ICCU.

Paginya saya ke ICCU. Sudah keduluan kakak perempuan dan iparnya. Saya dapat laporan: mas Olik sudah siuman dari anestesinya. Bahkan sudah melakukan video call dengan keluarga di Mojokerto.

Bukan main kaget hati ini. Sudah lakukan video call? Pakai telepon siapa? Mengapa diizinkan? Bagaimana begitu sembrononya?

Saya antara marah, sewot, dan gembira. Lalu saya minta tidak boleh lagi euforia seperti itu. Belum tentu transplant ini berhasil. Apalagi kalau euforianya tidak tertahankan seperti itu.

Saya sendiri akhirnya masuk ICCU tidak sampai satu menit. Saya lihat Nisa dan suami berada di tempat tidur yang bersebelahan. Dua-duanya tersenyum ke saya. Saya membalasnya dengan senyum kecut. Saya ingin kirim pesan khusus ke mereka lewat kekecutan itu.

Sebenarnya sudah beberapa kali saya pesankan: kelak, setelah siuman dari transplant akan muncul perasaan gembira luar biasa. Perasaan itu harus direm. Cukup dengan mengucapkan syukur.

Apalagi laki-laki. Yang ketika sakit sakitnya lama. Berbulan. Kian parah. Sudah dianggap akan mati. Sudah tidak diperhitungkan oleh teman-temannya. Ketika transplant berhasil ia akan tergoda untuk segera unjuk diri: aku sembuh! Aku tidak sakit lagi! I will be back soon!

Maka pesan untuk tidak euforia itu saya ulangi lagi. Tidak boleh. Saya telepon keluarganya: tidak boleh menelepon Mas Olik. Cukup dapat kabar keadaan terbaru dari Bu Lilik.

Satu minggu kemudian saya dapat kabar Nisa sudah bisa mandi sendiri. Bahkan sejak hari ketiga pasca diambil hatinyi. Mas Olik sudah diwajibkan turun dari tempat tidur. Harus mulai latihan jalan di sekitar tempat tidur.

Dua minggu kemudian saya dapat kabar: hati Nisa yang tinggal separo sudah mulai tumbuh. Selang-selang di tubuh Mas Olik mulai dilepas satu per satu. Sudah harus latihan jalan di koridor rumah sakit.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan