Tegaskan Kesiapan Indonesia Menjadi Pusat Inovasi dan Pertumbuhan Tekstil Dunia

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.--

Kebijakan-kebijakan tersebut merupakan inisiatif pemerintah untuk menegaskan kembali komitmen kami dalam mendukung ekosistem industri tekstil yang tangguh, berkelanjutan, dan berdaya saing global. “Dalam kondisi ini, industri TPT tetap menjadi pilar strategis dari basis manufaktur industri, serta berperan penting dalam menjaga pertumbuhan yang inklusif, menciptakan lapangan kerja, dan menopang kehidupan negeri ini,” jelasnya.

Daya saing produk TPT Indonesia terlihat di salah satu pasar tujuan ekspor terpenting, yaitu Amerika Serikat. Produk TPT asal Indonesia dengan HS 61 (pakaian dan aksesori rajutan) menduduki peringkat sebagai komoditas surplus perdagangan terbesar kedua Indonesia, dengan nilai USD 1,86 miliar, bahkan melampaui alas kaki (HS 64) yang hanya mencapai USD 1,85 miliar.

Menurut Menperin, hal ini menegaskan daya saing dan ketahanan sektor TPT Indonesia yang berkelanjutan dan mampu memberikan posisi menguntungkan bagi Indonesia untuk memanfaatkan pengaturan tarif resiprokal dengan Amerika Serikat baru-baru ini.

BACA JUGA:Sepakat Kerja Sama Program Pemuda Pelopor dan Liga Desa

BACA JUGA:Presiden Setujui Pembentukan Direktorat Jenderal Pesantren di Kemenag

Agus mengungkapkan, di tingkat dunia, Indonesia masuk dalam lima besar produsen tekstil paling efisien. Di subsektor pemintalan benang misalnya, biaya produksi Indonesia mencapai USD2,71 per kilogram, lebih efisien daripada India, Tiongkok, dan Turki, serta setara dengan Vietnam dan Bangladesh. Sedangkan di subsektor pertenunan, Indonesia mencatat biaya USD8,84 per meter, salah satu yang terendah di dunia. Di sektor fabric finishing, biaya produksinya mencapai USD1,16 per meter, lebih rendah daripada sebagian besar pesaing regional.

“Angka-angka tersebut merupakan bukti daya saing global Indonesia dan bisa menjadi fondasi yang kuat bagi pertumbuhan di masa mendatang,” katanya.

Di era transformasi besar-besaran, tantangan iklim, pergeseran geopolitik, disrupsi digital, dan restrukturisasi rantai pasok, Indonesia percaya bahwa peluang tetap ada. 

“Dengan sumber daya yang melimpah, kebijakan industri yang adaptif, sumber daya manusia yang terampil, Indonesia kembali menegaskan kesiapannya untuk menjadi mitra tepercaya industri tekstil global dalam membangun pertumbuhan berkelanjutan hingga dekade-dekade berikutnya. Indonesia siap menjadi pusat inovasi, manufaktur, dan pertumbuhan tekstil global,” tegas Menperin.

Ketua Umum API, Jemmy Kartiwa menyampaikan, konferensi ini merupakan momentum penting para pemangku kepentingan industri tekstil dan fashion seluruh dunia, saling kolaborasi, unjuk inovasi, dan teknologi di tengah ketidakpastian global dan sinergi kebijakan pemerintah. 

Oleh karena itu, Jemmy menyampaikan apresiasi kepada pemerintah yang saat ini terus  berjuang melahirkan regulasi-regulasi yang ditujukan bagi kepentingan industri padat karya, tekstil, dan produk tekstil domestik. "Dengan kuatnya perlindungan kebijakan pemerintah, maka posisi industri Indonesia akan semakin kuat menghadapi persaingan global yang penuh tantangan perubahan rantai pasok dan perdagangan dunia," ujarnya.

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan