Dua Dolar

----

Melihat kehancuran yang luas di sepanjang perjalanan ini berarti, sebenarnya, luar kota Damaskus sudah dikuasai pemberontak –mereka yang kini disebut pahlawan. Berarti Assad tinggal menguasai ibu kota.

Maka, bagi pemberontak, menguasai Aleppo menjadi sangat penting. Aleppo bisa jadi ''ibu kota'' tandingan untuk Damaskus.

"Anda boleh kuasai Damaskus, kami kuasai Aleppo". Biarkan Jakarta kuasai Belanda tapi Surabaya harus direbut. Maka kehancuran bangunan di Aleppo sangat besar –menandakan Assad ingin menghancurkan pusat pemberontakan di Aleppo.

Pun di kota Homes. Waktu saya ziarah ke makam Khalid bin Walid di pusat kota Homes, terlihat begitu masif kehancuran bangunan di sekitarnya. Termasuk bagian-bagian tertentu bangunan masjid itu sendiri: Masjid Khalid bin Walid –makamnya di dalam masjid itu.

Setelah melewati Homes kanan kiri jalan bukan lagi gunung. Terbentang tanah pertanian: pistachio, zaitun, sayur, buah.

Sampai Aleppo langsung ke benteng kuno. Juga di sekitar Benteng Aleppo yang terkenal ini bangunan yang hancur terlihat masif. Saking masifnya sampai terlihat aneh ada satu bangunan sangat bagus yang seperti tidak tersentuh peluru sama sekali: Hotel Sheraton –tempat saya menginap di Aleppo. Mungkin ada pesan khusus dari Assad: jangan sentuh hotel itu –milik kroninya.

Maka kelihatannya bangunan hotel berbintang lebih aman dibanding bangunan masjid. Kini bagian-bagian yang hancur dari Masjid Khalid bin Walid sudah diperbaiki. Di makam itu ada dua nisan. Besar dan kecil. Yang besar adalah nisan Bin Walid. Yang kecil adalah nisan anaknya.

Anda sudah tahu: Khalid bin Walid adalah panglima perang yang berhasil menguasai seluruh wilayah Syria –menjadi Islam. Ia memenangkan lebih 100 kali perang –ingin mati di medan perang. Ia sedih ketika akhirnya meninggal akibat sakit di rumahnya –justru sang anak yang tewas di peperangan.

Saya beli kebab di pinggir jalan di seberang Masjid Bin Walid. Sambil memandang ke arah masjid yang berhalaman luas itu. Satu gulung kebab dua dolar Amerika. Dua kebab empat dolar. Saya sodorkan lembaran lima dolar. Kembaliannya uang Suriah –12.000 pound. Berarti pound Syria sedikit lebih kuat daripada mata uang rupiah.

Itulah makan siang kami berempat: saya, Janet, suami, dan Gus Najih Arromadoni. Makannya di atas mobil. Masih 2,5 jam lagi baru sampai Aleppo.

Saya perhatikan caranya membuat kebab. Tiga lembar roti tipis-bundar ditaburi irisan ayam. Lalu diberi kentang goreng French fries. Digulung. Gulungan itu dioleskan ke minyak panas yang menetes dari tandan ayam di atasnya. Sentuhan terakhir itulah yang membuat rasa kebab ini lebih gurih. Atau karena perut yang memang sudah melilit. (Dahlan Iskan)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan