Orang Penting

----

Tapi, lebih dulu memperkenalkan diri ''saya dari mana'' selalu saya pakai ketika akan menanyakan ''Anda dari mana''. Ada maksud yang bisa Anda tebak di balik cara itu.

Saya pun menuruni tangga pesawat. Menuju bus yang ada di balik konvoi itu. Lama saya menunggu di dalam bus: penumpang setelah saya dilarang turun. Harus menunggu si butik turun dulu. Beberapa orang siap menyambut di mulut tangga.

Dua hari setelah di Damaskus saya berkesimpulan: orang seperti si butik itulah yang membuat Suriah cepat hidup kembali. Bahwa pesawat tidak menempel ke belalai rasanya juga demi pelayanan ke si butik –agar konvoi penyambutan bisa berbaris di mulut tangga pesawat.

Saya ingat di awal-awal kebangkitan Tiongkok dulu. Tahun 1980-an. Tamu-tamu disambut khusus. Investor sekecil apa pun dikalungi bunga.

Janet menuruni tangga pesawat dengan hati masih dag-dig-dug: apakah tanpa visa bisa masuk Syria. Padahal tidak ada lagi kedutaan besar Tiongkok di Suriah: tutup. Belum buka kembali.

Ternyata Gus Najih benar. Bisa. Murah pula. Hanya sepertiga biaya masuk Indonesia dengan cara yang sama.

Ini terminal lama. Peninggalan tahun 1990-an.

Sambil menunggu visa saya amati sekeliling. Plafon rendah. Pilar banyak. Pilar-pilar itu sedang ditawarkan ke Anda: pasanglah iklan di pilarnya.

Saya pun ingin tahu pesawat mana FlyCham itu. Harus browsing. Ingat: HP tidak bisa dipakai. Dari mana pun tidak bisa beli kuota pulsa Syria. Berarti harus beli kartu HP setempat.

Ternyata Gus Najih sudah menyiapkan dua kartu. Untuk saya dan Janet. Ia beli dari mahasiswa Indonesia –bagian dari cara mahasiswa untuk bisa bertahan hidup di mancanegara.

Ternyata FlyCham itu perusahaan penerbangan swasta Syria. Sudah ada sejak zaman Basyar Assad tapi diperbarui namanya. Konon orang seperti si butik yang ada di belakang FlyCham --asal Uni Emirat Arab.

FlyCham (baca: FlySham) baru punya empat pesawat. Semua untuk jurusan negara tetangga: Jeddah, Riyadh, Abu Dhabi, Doha. Suriah beruntung punya tetangga serumpun seperti itu. Seperti Tiongkok di awal kebangkitan dulu: punya Hong Kong dan Taiwan.

Suriah masih punya lagi tetangga utara: Turkiye. Yang secara ekonomi dan politik bisa membuat Syria stabil dan cepat maju.

Tetangga serumpun itu semua mendukung pemerintahan baru Syria. Apalagi presiden baru Suriah, Ahmed Al Sharaa, dianggap ''keluarga sendiri''. Al Sharaa lahir di Riyadh, Saudi Arabia. Ibunya jadi guru di ibu kota Saudi Arabia itu. Ayahnya, ahli ekonomi lulusan University of Baghdad lama bekerja di Saudi.

Amerika sendiri sudah balik kucing. Dulu Al Sharaa dianggap benggol teroris. Siapa yang bisa menangkapnya hidup atau mati akan dapat uang besar. Itu karena Al Sharaa adalah tokoh utama Al Qaeda.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan